Sekapur Sirih

Welcome to my Blog!
Saya Mukti Yulianto, seorang penulis, apoteker dan pecinta alam.

When I'm not working, I'm blogging :-)

Follow Me

Subscribeto blog
Follow me onTwitter
Add myFacebook

Pengikut

Copyright


© 2014 by Mukti Yulianto.

Terimakasih atas kunjungannya. Mohon kritikan dan sarannya. Jika ada yang bermanfaat, silahkan dishare.

Senin, 01 Desember 2014
Malam yang mendung, tanpa ada bintang apalagi sinar rembulan.

Seperti biasa, ku duduk disebuah kamar bercat dinding hijau dan biru awan.

Ada meja yang diatasnya laptop menemani keseharian ku,membantu mengisi kekosongan waktu dan menjadi tempatku berbagi cerita.Sebaik-baik teman ialah komputer lipat yang selalu mengerti dan selalu ada kapanpun aku butuh.

Sepintas ada suasana yang tak nyaman dalam batinku. Teringat suatu masa dimana kebahagiaan menyelimuti langit kehidupanku. Rumah, keluarga, teman dan lingkungan, semua mengisi hari-hariku penuh dengan bermacam warna. Rasanya itulah kehidupan yang sebenarnya, sempurna tanpa ada kurang kecuali harta namun itu tak mampu mengubah segalanya yang manis menjadi pahit. Harta bias dicari tetapi tidak dengan kebahagiaan.

Ada pepatah mengatakan, kesempatan tidak adakan dating untuk kedua kalinya. Mungkin itu seperti kebahagiaan yang pernah ku rasakan dan tidak ku rasakan saat ini meski secara ekonomi keluarga jauh lebih baik. Tidak ada yang salah atau dipersalahkan namun dendam itu masih saja melekat disisi pundakku. Bukan enggan untuk menghapus awan hitam itu, melainkan awan itu yang enggan pergi.

Manusia, ketika ia berada di titik yang tidak baik, berada disudut yang sedikit gelap maka ia secara otomatis akan terbawa oleh mesin waktu. Kembali ke masa-masa yang dianggapnya indah meski itu hanya dalam bentuk rekaman.

Seperti halnya kaset DVD, didalamnya terdapat berbagai album dan lagu, rekaman kehidupan ada yang baik, indah dan buruk. Mesin waktu itu akan membawa kita secara acak, entah ke waktu yang baik, indah atau buruk. Itu semua tergantung bagaimana perasaan dan pikiran kita saat ini.

Ada pada suatu detik dimana kita menginginkan kembali masa-masa lalu itu. Tapi kita tahu, hal semacam itu tidak akan pernah terjadi dalam hidup yang serba realistis ini. Ini bisa dianggap kesalahan karena kita seperti tidak mensyukuti nikmat Tuhan yang telah diberikan kepada kita saat ini. 

Bagiku, bukan, bukan seperti itu yang dimaksud, bukan tidak mensyukuri namun harus bersyukur karena kehidupan saat ini jauh lebih baik daripada masalalu. Walaupun udara saat ini terasa sedikit menyesakkan dada hingga aku seolah tak mampu berjalan bebas keluar rumah mungkin karena suhu udara atau lingkungan yang sudah berubah. 

Apakah bisa diperbaiki apakah bisa beradaptasi? Entahlah bahkan selama lebih dari 10 tahun, aku belum menemukan metode yang tepat dan akurat.

Akal sehat, di ujung waktu, kita akan sependapat bahwa masa lalu yang begitu indah harus kita tinggalkan agar kita bisa membangun kembali masa depan yang jauh lebih baik, jauh lebih indah dibanding masa yang selalu kita ingatBerupaya dengan membangun pondasi agar tercipta masa yang jauh lebih baik dibanding masa keemasan, agar terbangun sebuah kisah yang mampu menutupi sebuah kisah dimasa lalu.

Akhirnya aku hanya tersenyum, setelah mengingat kehidupan tempo dulu agar aku bisa berbagi kebahagiaanku dengan oranglain. Orang yang akan berbagi kisah sepanjang  hidup, ia adalah pendamping hidup yang entah sekarang jalan itu belum terbuka dan belum ada lampu yang menerangi.