Sekapur Sirih
Welcome to my Blog!
Saya Mukti Yulianto, seorang penulis, apoteker dan pecinta alam.
When I'm not working, I'm blogging :-)
Categories
Pengikut
Copyright
© 2014 by Mukti Yulianto.
Terimakasih atas kunjungannya. Mohon kritikan dan sarannya. Jika ada yang bermanfaat, silahkan dishare.
Senin, 01 Desember 2014
Seperti biasa, ku duduk disebuah kamar bercat dinding hijau
dan biru awan.
Ada meja yang diatasnya laptop menemani keseharian
ku,membantu mengisi kekosongan waktu dan menjadi tempatku berbagi cerita.Sebaik-baik teman ialah komputer lipat yang selalu mengerti
dan selalu ada kapanpun aku butuh.
Sepintas ada suasana yang tak nyaman dalam batinku. Teringat
suatu masa dimana kebahagiaan menyelimuti langit kehidupanku. Rumah, keluarga,
teman dan lingkungan, semua mengisi hari-hariku penuh dengan bermacam warna.
Rasanya itulah kehidupan yang sebenarnya, sempurna tanpa ada kurang kecuali
harta namun itu tak mampu mengubah segalanya yang manis menjadi pahit. Harta bias
dicari tetapi tidak dengan kebahagiaan.
Ada pepatah mengatakan, kesempatan tidak adakan dating untuk
kedua kalinya. Mungkin itu seperti kebahagiaan yang pernah ku rasakan dan tidak
ku rasakan saat ini meski secara ekonomi keluarga jauh lebih baik. Tidak ada
yang salah atau dipersalahkan namun dendam itu masih saja melekat disisi
pundakku. Bukan enggan untuk menghapus awan hitam itu, melainkan awan itu yang
enggan pergi.
Manusia, ketika ia berada di titik yang tidak baik, berada
disudut yang sedikit gelap maka ia secara otomatis akan terbawa oleh mesin waktu.
Kembali ke masa-masa yang dianggapnya indah meski itu hanya dalam bentuk
rekaman.
Seperti halnya kaset DVD, didalamnya terdapat berbagai album
dan lagu, rekaman kehidupan ada yang baik, indah dan buruk. Mesin waktu itu
akan membawa kita secara acak, entah ke waktu yang baik, indah atau buruk. Itu
semua tergantung bagaimana perasaan dan pikiran kita saat ini.
Ada pada suatu detik dimana kita menginginkan kembali masa-masa lalu itu. Tapi kita tahu, hal semacam itu tidak akan pernah terjadi
dalam hidup yang serba realistis ini. Ini bisa dianggap kesalahan karena kita
seperti tidak mensyukuti nikmat Tuhan yang telah diberikan kepada kita saat
ini.
Bagiku, bukan, bukan seperti itu yang dimaksud, bukan tidak mensyukuri
namun harus bersyukur karena kehidupan saat ini jauh lebih baik daripada
masalalu. Walaupun udara saat ini terasa sedikit menyesakkan dada hingga aku seolah tak mampu berjalan bebas keluar rumah mungkin karena suhu udara atau
lingkungan yang sudah berubah.
Apakah bisa diperbaiki apakah bisa beradaptasi?
Entahlah bahkan selama lebih dari 10 tahun, aku belum menemukan metode yang
tepat dan akurat.
Akal sehat, di ujung waktu, kita akan sependapat bahwa masa
lalu yang begitu indah harus kita tinggalkan agar kita bisa membangun kembali
masa depan yang jauh lebih baik, jauh lebih indah dibanding masa yang selalu
kita ingat. Berupaya dengan membangun pondasi agar tercipta masa yang
jauh lebih baik dibanding masa keemasan, agar terbangun sebuah kisah yang mampu
menutupi sebuah kisah dimasa lalu.
Akhirnya aku hanya tersenyum, setelah mengingat kehidupan
tempo dulu agar aku bisa berbagi kebahagiaanku dengan oranglain. Orang yang
akan berbagi kisah sepanjang hidup, ia
adalah pendamping hidup yang entah sekarang jalan itu belum terbuka dan belum
ada lampu yang menerangi.
Langganan:
Postingan
(Atom)