Sekapur Sirih

Welcome to my Blog!
Saya Mukti Yulianto, seorang penulis, apoteker dan pecinta alam.

When I'm not working, I'm blogging :-)

Follow Me

Subscribeto blog
Follow me onTwitter
Add myFacebook

Pengikut

Copyright


© 2014 by Mukti Yulianto.

Terimakasih atas kunjungannya. Mohon kritikan dan sarannya. Jika ada yang bermanfaat, silahkan dishare.

Selasa, 28 Agustus 2012

ISOLASI PIPERIN DARI FRUKTUS Piperis nigrii DENGAN METODE  REKLISTALISASI


I.     PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Di Indonesia merupakan penghasil berbagai macam rempah-rempah. Penduduk Indonesia kebanyakan hanya memanfaatkan rempah-rempah sebagai bumbu dapur. Padahal banyak dari rempah-rempah tersebut dapat digunakan sebagai obat.
Piperis nigrii merupakan satu dari banyak rempah yang mengandung khasiat sebagai obat. Dalam Piperis nigrii digunakan sebagai stimulant pencernaan dan rempah-rempah anti anoreksia. Adakalanya ditemukan dalam obat gosok.
   Aroma dan rasa pedas lada hitam paling tajam di antara semua jenis lada. Rempah yang bernilai tinggi ini dapat meningkatkan sekresi atau pengeluaran asam hidroklorik yang berguna membantu untuk meningkatkan fungsi pencernaan dengan begitu kita dapat terbebas dari resiko sakit perut, kembung, iritasi, diare, dan sembelit. Selain itu, lada hitam juga bersifat sebagai peluruh kencing dan meningkatkan produksi keringat . Rempah ini pun memiliki efek antibakteri dan antioksidan. Lada juga merangsang terpecahnya sel-sel lemak sehingga bisa menjaga tubuh tetap langsing.

l.2   Tinjauan Pustaka

Nama Daerah
Sumatra           : lada, leudeu pedih, lada, raro, lada kecik, lade ketek.
Jawa                : lada, pedes, merica, sak ang kambang.
Nusatenggara  : maicam, mica, saha, kelailinga jawa, ngguru, saang.
Kalimantan      : sahang laut, sahang.
Sulawesi          : kaluya jawa, marisa jawa, malita lodawa, hisan parangen,        malita, sausus, risa, marica.
Maluku            : oes dai musan, peresan, marisa mau, lada, marisano, rica, rica jawa, rica polulu, rica tamelo (1)..
      Nama lain dari lada adalah pedes (Sunda) dan merica (Jawa). Lada dengan nama latin; Piper Nigrum, sudah dikenal sebagai penyedap makanan,mengatasi bau badan, rasa makanan yang beraroma tak sedap, serta pengawet daging (2).
            Ada dua macam lada yang menjadi komoditi perdagangan yaitu lada hitam dan lada putih. Lada hitam diperoleh dengan memetik buah yang masih hijau, mengupasnya, difermentasi untuk menambah rasa lada, kemudian dikeringkan di bawah sinar matahari, dan rasanya lebih pedas. Sedangkan lada putih diperoleh dengan memetik biji masak merah,diremas perlahan-lahan dan direndam dalam air, kulit dan daging buah dibuang sebelum dikeringkan di sinar matahari (2).
Lada mengandung minyak atsiri, pinena, kariofilena, lionena, filandrena alkaloid piperina, kavisina, piperitina, piperidina, zat pahit dan minyak lemak. Rasa pedas disebabkan oleh resin yang disebut kavisin. Kandungan piperine dapat merangsang cairan lambung dan air ludah. Selain itu lada bersifat pedas, menghangatkan dan melancarkan peredaran darah. Piperin berupa Kristal berbentuk jarum berwarna kuning, tidak berbau, tidak berasa lama-lama pedas, larut dalam etanol, benzene, kloroform dengan titik lebur 125-126oC (2).

Piperin
Piperin (rumus molekul CH₁₉NO ), ialah suatu komponen dari lada hitam (Piper nigrum) telah digunakan dalam pengobatan tradisional dan juga digunakan sebagai insektisida. Piperin mempunyai berbagai macam efek pada enzim pemetabilisme obat dalam tubuh manusia, dan dipasarkan dengan nama dagang Bioperin®, sebagai bahan tambahan untuk meningkatkan ketersediaan hayatiketersediaan hayati berbagai macam diet suplemen, terutama kurkumin, salah satu komponen aktif kunyit (Curcuma longa) (3).
                        Rasa pedas dari buah lada hitam, 90 – 95 % disebabkan oleh adanya komponen trans – piperin, yang di dalam buah kering kadarnya 2 – 5 % dan terdiri atas senyawa asam amida piperin dan asam piperinat. Rasa pedas piperin masih ada walaupun diencerkan sampai 1 : 200.000. Rasa pedas juga disebabkan oleh adanya kavisin yangmerupakan isomer basa piperin (4).
Kandungan lain yang menghasilkan bau harum adalah minyak atsiri dengan kadar 1-2,5 %, yang mengandung piperional, eugenol, safrol, metal eugenol, dan miristisin. Lada hitam juga mengandung berbagai senyawa monoterpena dan seskuiterpena. Komponen lainnya adalah piperitin, piperanin, dan piperilin yang berbeda dengan piperidin dalam hal panjang rantai samping dan derajat kejenuhannya, misalnya kejenuhan cincin pirolidinnya (4).

Kromatoografi lapis tipis
Kromatografi Lapis Tipis digunakan pada pemisahan zat secara cepat dengan menggunakan zat penyerap berupa serbuk halus yang dilapiskan serba rata pada lempeng kaca. Lempeng yang dilapis, dapat dianggap sebagai “kolom kromatografi terbuka” dan pemisahan didasarkan pada penyerapan, pembagian atau gabungannya. Silika gel GF254 P. mengandung lebih kurang 13% CaSO4. ½H2O dan lebih kurang 1,5% indikator flourosein yang mempunyai intensitas maksimum pada 254 nm (5).
Identifikasi senyawa piperin pada 2 mg serbuk buah lada hitam ditetes asam sulfat P, terjadi warna  
coklat tua. Dengan asam sulfat 10 N, warna kuning, dengan HCl pekat P, berwarna coklat tua dan 
menggunakan HCl encer P terjadi warna kuning (1).
Fase diam (lapisan penjerap) ialah silika gel, alumunium oksida, kielsegur, selulosa dan turunannya, poliamida dll. Dapat dipastikan silika gel paling banyak digunakan. Silika gel ini menghasilkan perbedaan dalam efek pemisahan yang tergantung kepada cara pembuatannya sehingga silika gel G merck menurut spesifikasi Stahl, yang diperkenalkan tahun 1958, telah diterima sebagai bahan standar (6).
Fase gerak ialah medium angkut dan terdiri atas satu atau beberapa pelarut. Ia bergerak di dalam fase diam, yaitu suatu lapisan berpori, karena ada gaya kapiler. Yang digunakan hanyalah pelarut bertingkat mutu analitik dan,bila diperlukan, sistem pelarut multikomponen ini harus berupa suatu campuran sesederhana mungkin yang terdiri atas maksimun tiga komponen. Angka banding campuran dinyatakan dalam bagian volume sedemikian rupa sehingga volume total 100, misalnya, benzene-kloroform-asam asetat 96% (50:40:10) (6).
Pengembangan ialah proses pemisahan campuran cuplikan akibat pelarut pengembang merambat naik dalam lapisan. Jarak pengembangan normal, yaitu jarak antara garis awal dan garis depan, ialah 100 mm. Disamping pengembangan sederhana, yaitu pengembangan satu kali sepanjang 10 cm ke atas, pengembangan ganda dapat juga digunakan untuk memperbaiki efek pemisahan-yaitu dua kali. Lapisan KLT harus dalam keadaan kering diantara kedua pengembangan tersebut, ini dilakukan dengan membiarkan plat di udara selama 5-10 menit. Pada pengembangan kandaian, dua pengembang dengan daya elusi yang berlainan digunakan untuk pengmbangan dengan jarak berbeda, misalnya untuk jarak 5 cm pada pengembangan pertama digunakan pelarut, dan untuk jarak 10 cm pada pengembangan kedua digunakan pelarut pengembangan polar yang lebih lemah untuk memisakhkan aglikon dari berbagai glikosida (6).

Spektrofotometri UV
Terdapat berbagai kemungkinan untuk deteksi senyawa berwarna pada kromatogram. Deteksi paling sederhana adalah jika senyawa menunjukkan penyerapan di daerah UV gelombang pendek (radiasi utama pada kira-kira 254 nm) atau jika senyawa itu dapat dieksitasi ke fluoresensi radiasi UV gelombang pendek dan atau gelombang panjang (360 nm) (6).

Deteksi dengan pereaksi semprot 
Penting diingat bahwa pereaksi warna harus mencapai plat KLT dalam bentuk tetesan yang sangat halus sebagai aerosol, dan bukan sebagai semprotan kasar. Biasanya hal ini tidak dapat dicapai bila digunakan dengan udara tekan (saluran udara tekan, kompresor kecil atau botol N2 dengan katup pengecil (6).
Jenis penyemprot tiga bagian yang mudah digunakan lebih menguntungkan dan lebih murah, karena itu disarankan untuk digunakan. Kaleng propelan dan wadah pereaksi kacanya mudah diganti-ganti. Sebuah tabung reaksi dapat digunakan sebagai pengganti wadah pereaksi kaca tabung ini berisi 10 ml pereaksi yang dapat digunakan untuk menyemprot langsung dengan cara mencelupkan pipa dan menekan tombol. Semprotan pertama harus diarahkan ke samping plat KLT untuk mengecek semburan jet aerosol yang halus. Setelah itu barulah semprotan diarahkan ke pelat sambil menggerakkannya hati-hati keseluruh lapisan (6).

Lemari semprot
         Diperlukan sebuah almari yang berventilasi baik, terutama untuk penyemprotan yang memakai pereaksi yang merusak (6).

Pemanasan
Pembentukan warna yang optimum seringkali memerlukan peningkatan suhu dan waktu yang tertentu. Jika tanur laboratorium yang bertermostat tidak dipakai semata-mata untuk tujuan khusus ini, maka harus digunakan pemanas listrik yang ada di pasar. Yang lebih baik adalah pemanas yang penyebaran suhunya seragam dan dilengkapi thermostat atau pemanas yang menghasilkan suhu tetap pada 120° C. Selain itu, pemanas harus mempuntai sisi yang halus untuk menempatkan plat KLT 20x20 (6).

II.      TUJUAN
Untuk mendapatkan senyawa aktif piperin dari fructus Piperis nigrii melalui rekristalisasi dan melakukan identifikasi kristal piperin dengan metode kromatografi lapis tipis.

III.   METODE KERJA
3.1 Alat
1.    Batang Pengaduk
2.    Cawan Porselen
3.    Corong
4.    Detektor lampu tampak, UV 254 nm dan 366 nm
5.    Flakon
6.    Glasswool
7.    Kompor dengan penangas air atau heating mantel
8.    Perangkat KLT
9.    Perangkat penyari soxhlet (volume ekstraktor 100ml)
10.    Rotary evaporator

3.2 Bahan
Serbuk buah piper nigrum
1.    Etanol 95%
2.    KOH-Etanolik 10%
3.    Silika gel GF 254
4.    Benzen
5.    Etil asetat
6.    Anisaldehida-asam sulfat
7.    Zat warna LPI

3.3 Cara Kerja
Serbuk buah lada hitam ditimbang 20 g, lalu dimasukkan ke dalam kertas saring yang sebelumnya telah dijahit bagian tepinya

 
1. Ekstraksi Serbuk Buah Lada Hitam




Setelah semua serbuk lada dimasukkan, kemudian bagian atas kertas saring dijahit dan benangnya disisakan sedikit

 
 




Kemudian dimasukkan ke dalam alat penyari Soxhlet dan ditambahkan etanol 96% sebanyak 150 ml


 
 
                                                                                                     
Penyarian dilakukan selama 1 jam 30 menit dan dicatat kecepatan sirkulasinya

 




Setelah selesai, labu alas bulat yang berisi ekstrak tersebut kemudian didinginkan dan ekstrak disaring

 
 





Sari jernih yang diperoleh diambil 3 ml, dimasukkan ke dalam flakon, disimpan di dalam almari pendingin

 
 





Kemudian sisanya diuapkan dengan rotary evaporator hingga diperoleh ekstrak kental

 
 



2. Isolasi Piperin dengan Metode Rekristalisasi
Ekstrak kental yang diperoleh ditambah dengan 10 ml KOH-etanolik 10 % sambil diaduk sehingga terbentuk endapan

 



Setelah mengendap, sari dipisahkan dari bagian yang tidak larut melalui corong yang sudah diberi (glasswool)

 



Sari jernih yang diperoleh kemudian ditimbang dengan cawan porselin yang sebelumnya telah ditimbang dalam keadaan kosong dan dihitung berat ekstrak yang diperoleh
 



Kemudian didiamkan di dalam almari pendingin semalaman sampai terbentuk kristal

 




Rendemen hasil percobaan kemudian dihitung

 
 



3. Identifikasi Kristal Piperin dengan Metode KLT


Chamber dijenuhkan dengan benzen : etil asetat ( 2 : 1), dengan total campuran 3 ml

 
 


Cawan porselin ditimbang, kemudian dicatat

 


Kristal yang terbentuk dari sari jernih yang sudah didiamkan di dalam almari pendingin disaring dengan kertas saring, dicuci menggunakan etanol 96 %, dikeringkan dalam oven pada suhu 40° C selama 30 menit

 




Kertas saring yang sudah kering kemudian dikerok untuk diambil kristalnya yang menempel dan diletakkan dalam cawan yang sudah ditimbang sebelumnya

 



Cawan yang berisi kristal kemudian ditimbang dan dihitung berat kristalnya

 



Kristal tersebut kemudian dilarutkan dengan etanol dan ditotolkan pada plat silika gel GF254 yang sebelumnya juga sudah ditotolkan larutan standar

 



Kemudian isolat dalam flakon juga ditotolkan pada plat silika gel yang sebelumnya juga sudah ditotoli larutan standar

 



Kedua silika tersebut kemudian dimasukkan ke dalam chamber yang sudah jenuh

 
 


Bercak yang ditimbulkan diamati pada sinar tampak, UV 254 dan 366 nm

 


Plat yang sudah diamati kemudian disemprot dengan pereaksi anesaldehid-asam sulfat dan dipanaskan dalam oven dengan suhu 110°C selama 10 menit, kemudian diamati warna yang terjadi

 
 





Harga Rf dihitung dan dibandingkan dengan literatur

 
 



IV.   HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil dan Data
Preparasi Sampel
1. Jenis sampel : serbuk buah lada hitam
2. Jumlah sampel (g) : 20
3. Jumlah pelarut untuk ekstraksi : 150 ml

Proses Ekstraksi
1. Waktu ekstraksi : 1,5 jam
2. Jumlah sirkulasi : 7/jam (12/1,5 jam)
3. Waktu evaporasi : 10 menit
4. Jumlah ekstrak (g) ; 1,98
5. Rendemen : 9,9 %
Proses Isolasi
1. Waktu pembentukan kristal : 24 jam
2. Jumlah kristal (g) : 1,45 g
Proses Identifikasi
1. Warna spot setelah diidentifikasi :
a. warna visibel : kuning
b. warna setelah disinari UV 254 nm : hijau
c. warna setelah disinari UV 366 nm : ungu       
d. warna setelah disemprot anisaldehid-asam sulfat : kuning kehijauan
2. Gambar hasil KLT
                                                 
                      Disinari UV 254                                           disinari UV 366

3. Perhitungan
     Menghitung harga Rf
Rf     = jarak tempuh spot / jarak tempuh fase gerak
HRf  = Rf X 100


1. Standar Piperin
         Rf = 5,5 cm : 8 cm
               = 0,69
      HRf = 0,69 cm x 100
               = 69
2. Isolat piperin
         Rf = 5,35 cm : 8 cm
               = 0,66
      HRF          = 0,66 cm x 100
               = 66                                                                          
3. Kristal Piperin
         RF          = 5,25 cm : 8 cm
               = 0,69      
      HRF          = 0,69 cm x 100
               = 69


Rendemen
Rendemen
=
ekstrak
 X 100 %
Jumlah sampel



Rendemen
=
1,98 gram
 X 100 %
20 gram
Rendemen
=
9.9 %



4.2 PEMBAHASAN
Pada praktikum isolasi piperin dari fructus Piperis nigrii dengan metode rekristalisasi bertujuan untuk mendapatkan senyawa aktif piperin dari fruktus Piperis nigrii melalui rekristalisasi dan melakukan identifikasi kristal piperin dengan metode kromatografi lapis tipis. Pada percobaan kali ini, dilakukan dua proses identifikasi piperin, yakni ekstrasi dan isolasi. Ekstraksi adalah suatu metode penarikan senyawa umum yang terkandung dalam suatu bahan dengan pelarut yang sesuai, misalnya alkaloid dan glikosida. Sedangkan isolasi ialah suatu metode penarikan satu senyawa khusus yang terkandung dalam suatu simplisia, misalnya piperin (temasuk alkaloid) dan citronella oil dalam daun sereh.  Ekstraksi yang dilakukan adalah ekstraksi dengan metode soxhlet. Metode ini merupakan metode ekstraksi yang memanfaatkan pemanasan untuk destilasi pelarut, sehingga terjadi sirkulasi pelarut melalui serbuk simplisia. Metode ini efisien dalam pemanfaatan pelarut, tetapi beresiko pembentukan artefak akibat penggunaan panas. Prinsip dari metode ini adalah penyarian dengan menggunakan pelarut yang selalu baru yaitu pelarut yang menguap kemudian menuju ke pendingin sehingga pelarut  berubah dari wujud uap menjadi cairan dan membasahi simplisia sehingga senyawa yang terkandung di dalam simplisia dapat ikut tertarik keluar. Sedang untuk metode isolasi, pada percobaan menggunakan metode rekristalisasi (pembentukan kristal). Kristal yang terbentuk ini merupakan zat aktif piperin.

Tahap awal yang dilakukan adalah ekstraksi serbuk lada hitam. Metode yang digunakan adalah metode ekstraksi soxhlet (metode berkesinambungan). Adapun kekurangan dari metode ini, senyawa harus bersifat termostabil, mahal, dan pelarutnya harus murni bila ada campuran bisa menggangu kemurniannya. Sedangkan kelebihannya, penyariannya lebih optimal karena direndam berulang kali, lebih cepat, pelarut lebih sedikit, dan tidak perlu penyaringan. Pertama-tama serbuk buah lada hitam ditimbang sebanyak 20 gram, kemudian dimasukkan ke dalam kertas saring yang sudah dijahit tepinya dan disisakan sedikit untuk memasukkan simplisia setelah simplisia dimasukkan semua maka bagian yang belum dijahit diselesaikan dan benang disisakan untuk mempermudah pengambilan simplisia yang terbungkus dari alat soxhlet. Kemudian kertas yang telah berisi simplisia tersebut dimasukkan ke dalam alat penyari Soxhlet dan ditambahkan etanol 96 % sebanyak 150 ml. Etanol 96 % berfungsi sebagai pelarut karena memiliki kisaran polaritas yang luas dan etanol juga lebih murni jika dibandingkan dengan etanol 30 % dan 70 %. Selain itu juga karena etanol 96% akan lebih mudah menguap bila dibandingkan dengan etanol 30% dan 70%. Meskipun etanol toksik, tetapi masih dapat ditarik kembali. Dimana piperin merupakan golongan senyawa alkaloid yang umumnya bersifat non polar dan basa. Proses penyarian yang kami lakukan selama 1 jam 30 menit dengan kecepatan sirkulasi 7 sirkulasi per jam. Seharusnya sirkulasi sampai sari berwarna bening, ini menunjukkan bahwa simplisia yang digunakan sudah terekstrak dengan sempurna. Tetapi dalam percobaan kali ini tidak dilakukan, karena adanya keterbatasan waktu. Waktu yang lebih lama penyarian, akan membuat alat Soxhlet lebih panas sehingga lebih cepat penguapan, maka dapat dikatakan bahwa semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk sirkulasi semakin cepat.
Setelah ekstraksi selesai,lalu didinginkan dan setalah dingin barulah ekstraknya disaring agar senyawa pengotor yang ada di dalam ekstrak hilang. Pendinginan ini bertujuan untuk menghentikan reaksi. Selanjutnya ekstrak jernih diambil  sebanyak 3 ml dan dimasukkan ke dalam flakon dan dimasukkan ke dalam almari pendingin, sedangkan sisanya dipekatkan dengan rotary evaporator. Prinsip utama dari evaporator adalah pada penurunan tekanan sehingga pelarut dapat menguap pada suhu   titik didihnya sehingga zat yang terkandung didalam pelarut tidak rusak oleh suhu yang tinggi.  Disini hasilnya tidak begitu kental karena digunakan etanol 96% yang artinya 4% tersebut adalah air. Apalagi titik didih etanol di bawah titik didih air yaitu 78.4C, sedangkan air 100C. Setelah didapat ekstrak yang kental, kemudian ditimbang dan dihitung rendemennya. Hasil rendemennya adalah 9,9%. Ekstrak kental ini yang digunakan untuk mengisolasi piperin dengan metode rekristalisasi. Sedangkan ekstrak yang disisihkan tadi juga akan digunakan untuk mengidentifikasi piperin dengan metode KLT. Fungsi dari KOH-Etanolik 10% adalah untuk mengendapkan resin. Sedangkan pengadukan untuk membentuk kristal. Setelah mengendap, dipisahkan sari dari bagian yang tak larut melalui glasswool sederhana. Glasswool sederhana ini dibuat dari gelas beaker dan corong yang diberi kapas. Penyaringan dengan glasswool sederhana ini untuk menyaring pengotornya. Kemudian sari jernih yang di dapat didiamkan di almari pendingin selama 24 jam sampai memperoleh kristal. Didiamkan selama 24 jam, karena waktu tersebut merupakan batasan waktu yang cukup untuk membentuk kristal. Setelah 24 jam terlihat diatas permukaan terdapat kristal-kristal kecil, yang tidak begitu terlihat.
Tahap kedua ini adalah proses isolasi piperin dengan metode rekristalisasi. Tujuan dari isolasi adalah untuk memurnikan senyawa untuk karakteristikpenuh (sampai elusidasi)atau untuk mengambil satu senyawa khusus yang dikehendai. ekstrak kental yang sudah diperoleh ditambah dengan KOH-etanolik 10% sebanyak 10 ml dan diaduk hingga terbentuk endapan. KOH-etanolik 10% digunakan disini berfungsi untuk membantu dalam pembentukan kristal. Selain itu¸ ada cara lain untuk membentuk kristal dengan cara yang lebih cepat yaitu dengan ekstrak cair ditambah aseton dan n heksan kemudian dipanaskan agar pencampurannya lebih sempurna lalu didinginkan dalam air es agar terbentuk kristal. Setelah endapan terbentuk, lalu sari disaring dengan glasswool (corong yang diberi kapas) agar sari yang diperoleh bebas dari pengotor. Sari jernih yang diperoleh kemudian ditampung dengan cawan porselin dan ditimbang. Selanjutnya, sari jernih tersebut ditutup dengan aluminium foil dan disimpan di dalam almari pendingin selama 24 jam sampai terbentuk kristal. Kemudian dari berat sari jernih tersebut, rendemennya dihitung dan diperoleh rendemen sebesar 9,9%.
Pada percobaan awal didapat rendemen 9,9% dan  jumlah ekstrak 1,98 g. pada proses isolasi digunakan dari ekstrak yang berbeda, ekstrak tersebut dalam pembentukan kristal dalam waktu 24 jam dan menghasilkan jumlah kristal 1,45 g. Kristal tersebut dilakukan proses identifikasi senyawa piperin dengan metode kromatografi lapis tipis (KLT). Prinsip dari KLT adalah “like dissolve like” yaitu interaksi antara analit dengan fase gerak. Jika kepolaran analit dengan fase gerak sama, maka harga Rf akan besar, dan juga sebaliknya.
Tahap terakhir, adalah identifikasi kristal piperin dengan metode KLT. KLT digunakan untuk uji kualitatif, yang bertujuan mengetahui ada tidaknya piperin dalam ekstrak yang didapatkan. Sampel yang akan diidentifikasi adalah kristal dari piperin, ekstrak yang disisihkan tadi, dan standar piperin. Pertama-tama, chamber  dijenuhkan dengan campuran 3 ml benzen : etil asetat (2 : 1). Penjenuhan  dimaksudkan untuk membuat tekanan di dalam dan di luar chamber sama, sehingga memudahkan ketika proses elusidasi. Lalu, cawan porselin kosong  ditimbang, cawan ini nantinya akan digunakan untuk menampung kristal. Cawan porselin dan flakon yang disimpan minggu lalu di almari pendingin diambil. Lalu. kristal yang telah terbentuk di dalam cawan diambil dan diletakkan di atas kertas saring dan di keringkan di dalam oven pada suhu 40°C samapi kering (± 30 menit). Tujuan dari pengeringan adalah agar kristal.untuk menguapkan pelarut yang masih bersatu dengan dan gar kristal yang menempel pada kertas saring tadi mudah untuk diambil, sehingga didapatkan kristal yang murni. Setelah kertas saring benar-benar kering, kristal yang menempel dikerok dan diletakkan pada cawan yang sudah ditimbang sebelumnya. Cawan yang berisi kristal tersebut kemudian ditimbang dan dihitung berat kristalnya.
Kemudian kristal dilarutkan dengan menggunakan etanol secukupnya hingga benar-benar larut, kemudian ditotolkan pada plat Silika 60 F yang sebelumnya sebelah nya telah ditotoli dengan larutan standar. Dimana larutan standar digunakan sebagai pembanding atau dapat dikatakan sebagai ukuran kemurnian piperin. Apabila plat silika yang sudah ditotoli standar dan isolat diamati disinar tampak menunjukkan jarak tempuh spot (bercak) standar dan isolat sama, maka senyawa yang terkandung di dalam isolat tersebut dikatakan murni.  Larutan yang berada di dalam flakon juga ditotolkan pada plat silika yang sudah ditotoli larutan standar sebelumnya. Kemudian kedua plat tersebut dielusidasi di dalam chamber yang telah kami jenuhkan tadi. Setelah proses elusidasi selesai dilakukan, bercak atau spot yang terbentuk diamati di bawah sinar tampak, sinar UV 254 dan 366 nm.
 Warna yang ditunjukkan ketika di bawah sinar tampak yaitu kuning, pada UV 254 nm berwarna hijau dan pada UV 366 nm tampak warna ungu. UV 254 nm digunakan karena pada panjang gelombang tersebut, senyawa aromatis dapat diamati, sedangkan pada UV 366 nm, banyak senyawa yang nantinya akan berflurosensi (berpendar). Kemudian plat yang sudah diamati tersebut, disemprot dengan pereaksi semprot anisaldehid/asam sulfat, anisaldehid/asam sulfat berfungsi sebagai pengompleks warna, kemudian dipanaskan dengan oven pada suhu 110° C selama 10 menit dan diamati warna yang terjadi.  Pemanasan berfungsi sebagai katalisator, yakni mempercepat reaksi pengompleks warna dan untuk menguapkan kandungan air yang masih tersisa, sehingga warna segera dapat dilihat. Warna yang ditunjukkan dari bercak adalah kuning kehijauan. Identifikasi diatas membuktikan bahwa dalam fructus piperis nigrii mengandung senyawa piperin. Apabila proses soxhletasi dilakukan hingga selesai maka kristal yang akan terbentuk juga banyak. Piperin adalah senyawa aktif dalam buah lada hitam, berbentuk kristal, memiliki aroma yag khas, dan memilki rasa pedas.
Hasil yang didapat, Rf standar 0,69 ; Rf isolate 0,69 ; Rf Kristal 0,69. Dari hasil yang diperoleh bila Rf Kristal dibandingkan dengan Rf standar, menunjukkan hasilnya mendekati atau sama berarti senyawa pada Kristal tersebut adalah benar piperin, dan diperkuat dengan hasil warna setelah penyemprotan yang berwarna kuning. Sedangkan Rf isolate hasilnya sama dengan Rf Kristal dan menunjukkan bahwa senyawa pada isolate benar piperin murni.


V.      KESIMPULAN
Jumlah kristal yang diperoleh dari proses isolasi piperin adalah 1,45g dan berdasarkan hasil atau profil KLT menunjukkan bahwa terdapat senyawa piperin yang ditandai dengan adanya warna kuning kehijauan pada deteksi menggunakan UV 366nm. Warna yang ditunjukkan dari bercak adalah kuning kehijauan. Identifikasi diatas membuktikan bahwa dalam fructus piperis nigrii mengandung senyawa piperin.


DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1980, Materia Medika Indonesia, Jilid IV, Departemen    Kesehatan        Indonesia, Jakarta (hal. 99-108)
Septiatin, Eatin, 2008, Apotek Hidup dari Rempah-Rempah, Tanaman Hias, dan v    Tanaman Liar, CV.YRAMA WIDYA, Bandung (hal.60,61,62)
Sarker, Satyajit D. & Nahar, Lutfun, 2007, Kimia untuk Mahasiswa Farmasi: Bahan Kimia Organik,Alam dan Umum, Pustaka Pelajar, Yogyakarta (hal. 409)
Wiryowidagdo, Sumali, 2007, Kimia dan Farmakologi Bahan Alam Edisi 2, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta (hal. 177-179)
Anonim, 1978, Materia Medika Indonesia, Jilid II, Departemen    Kesehatan        Indonesia, Jakarta (hal. 135, 143–144)
Stahl, Egon, 1985, Analisis Obat secara Kromatografi dan Mikroskopi, Penerbit ITB, Bandung














0 komentar: