Sekapur Sirih
Welcome to my Blog!
Saya Mukti Yulianto, seorang penulis, apoteker dan pecinta alam.
When I'm not working, I'm blogging :-)
Archive
-
▼
2012
(81)
-
▼
Agustus
(20)
- Seputar Jabat Tangan
- Cara buat link download pada blog
- Isolasi Flavonoid dariI Kulit Buah MAHKOTA DEWA
- ISOLASI PIPERIN DARI FRUCTUS
- Sarah McLachlan (HQ) - Angel (Lyrics)
- 4 Olah Raga Mengecilkan Perut Yang Paling Ampuh
- Manfaat Puasa Syawal Bagi Kesehatan
- Bangun Tidur Terasa Pusing, Mungkin Ini Penyebabnya
- Cara Mengganti Bentuk Kursor di Blog lebih Menarik
- "Subhanallaah, NASA Membenarkan Matahari Akan Terb...
- Cara Membuat Burung Twitter Terbang di Blog
- Cara Membuat Chat box Versi Terbaru 2012
- Cara Memasang Musik Auto Play Pada Kiri Blog Sesuk...
- Senja Di Ufuk Barat Ramadhan
- Sebatas Bintang Di Surga (Part II)
- Sebatas Bintang di Surga
- Kekuatan Pikiran
- Kebahagiaan Yang Menular
- SEBUAH KISAH IRONIS DI IRLANDIA UTARA
- Pengertian Ta'aruf dalam agama islam
-
▼
Agustus
(20)
Categories
Pengikut
Copyright
© 2014 by Mukti Yulianto.
Terimakasih atas kunjungannya. Mohon kritikan dan sarannya. Jika ada yang bermanfaat, silahkan dishare.
Selasa, 28 Agustus 2012
ISOLASI
PIPERIN DARI FRUKTUS Piperis nigrii
DENGAN METODE REKLISTALISASI
I. PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Masalah
Di Indonesia merupakan penghasil berbagai macam
rempah-rempah. Penduduk Indonesia kebanyakan hanya memanfaatkan rempah-rempah
sebagai bumbu dapur. Padahal banyak dari rempah-rempah tersebut dapat digunakan
sebagai obat.
Piperis nigrii
merupakan satu dari banyak rempah yang mengandung khasiat sebagai obat. Dalam Piperis nigrii digunakan sebagai
stimulant pencernaan dan rempah-rempah anti anoreksia. Adakalanya ditemukan
dalam obat gosok.
Aroma dan rasa pedas
lada hitam paling tajam di antara semua jenis lada. Rempah yang bernilai tinggi
ini dapat meningkatkan sekresi atau pengeluaran asam hidroklorik yang berguna
membantu untuk meningkatkan fungsi pencernaan dengan begitu kita dapat terbebas
dari resiko sakit perut, kembung, iritasi, diare, dan sembelit. Selain itu,
lada hitam juga bersifat sebagai peluruh kencing dan meningkatkan produksi
keringat . Rempah ini pun memiliki efek antibakteri dan antioksidan. Lada juga
merangsang terpecahnya sel-sel lemak sehingga bisa menjaga tubuh tetap
langsing.
l.2
Tinjauan
Pustaka
Nama
Daerah
Sumatra : lada, leudeu pedih, lada, raro,
lada kecik, lade ketek.
Jawa :
lada, pedes, merica, sak ang kambang.
Nusatenggara : maicam, mica, saha, kelailinga jawa, ngguru, saang.
Kalimantan : sahang laut, sahang.
Sulawesi : kaluya jawa, marisa jawa, malita
lodawa, hisan parangen, malita,
sausus, risa, marica.
Maluku : oes dai musan, peresan, marisa
mau, lada, marisano, rica, rica jawa, rica polulu, rica tamelo (1)..
Nama
lain dari lada adalah pedes (Sunda) dan merica (Jawa). Lada
dengan nama latin; Piper Nigrum, sudah dikenal sebagai penyedap
makanan,mengatasi bau badan, rasa makanan yang beraroma tak sedap, serta
pengawet daging (2).
Ada
dua macam lada yang menjadi komoditi perdagangan yaitu lada hitam dan lada
putih. Lada hitam diperoleh dengan memetik buah yang masih hijau, mengupasnya,
difermentasi untuk menambah rasa lada, kemudian dikeringkan di bawah sinar
matahari, dan rasanya lebih pedas. Sedangkan lada putih diperoleh dengan
memetik biji masak merah,diremas perlahan-lahan dan direndam dalam air, kulit
dan daging buah dibuang sebelum dikeringkan di sinar matahari (2).
Lada mengandung minyak atsiri,
pinena, kariofilena, lionena, filandrena alkaloid piperina, kavisina,
piperitina, piperidina, zat pahit dan minyak lemak. Rasa pedas disebabkan oleh
resin yang disebut kavisin. Kandungan piperine dapat merangsang cairan lambung
dan air ludah. Selain itu lada bersifat pedas, menghangatkan dan melancarkan
peredaran darah. Piperin berupa Kristal berbentuk jarum berwarna kuning, tidak
berbau, tidak berasa lama-lama pedas, larut dalam etanol, benzene, kloroform
dengan titik lebur 125-126oC (2).
Piperin
Piperin (rumus molekul C₇H₁₉NO₃
), ialah suatu komponen dari lada hitam (Piper nigrum) telah digunakan dalam
pengobatan tradisional dan juga digunakan sebagai insektisida. Piperin
mempunyai berbagai macam efek pada enzim pemetabilisme obat dalam tubuh
manusia, dan dipasarkan dengan nama dagang Bioperin®, sebagai bahan tambahan
untuk meningkatkan ketersediaan hayatiketersediaan hayati berbagai macam diet suplemen,
terutama kurkumin, salah satu komponen aktif kunyit (Curcuma longa) (3).
Rasa pedas dari buah lada hitam, 90
– 95 % disebabkan oleh adanya komponen trans
– piperin, yang di dalam buah kering kadarnya 2 – 5 % dan terdiri atas
senyawa asam amida piperin dan asam piperinat. Rasa pedas piperin masih ada
walaupun diencerkan sampai 1 : 200.000. Rasa pedas juga disebabkan oleh adanya
kavisin yangmerupakan isomer basa piperin (4).
Kandungan
lain yang menghasilkan bau harum adalah minyak atsiri dengan kadar 1-2,5 %,
yang mengandung piperional, eugenol, safrol, metal eugenol, dan miristisin.
Lada hitam juga mengandung berbagai senyawa monoterpena dan seskuiterpena.
Komponen lainnya adalah piperitin, piperanin, dan piperilin yang berbeda dengan
piperidin dalam hal panjang rantai samping dan derajat kejenuhannya, misalnya
kejenuhan cincin pirolidinnya (4).
Kromatoografi lapis tipis
Kromatografi Lapis Tipis digunakan pada pemisahan
zat secara cepat dengan menggunakan zat penyerap berupa serbuk halus yang
dilapiskan serba rata pada lempeng kaca. Lempeng yang dilapis, dapat dianggap
sebagai “kolom kromatografi terbuka” dan pemisahan didasarkan pada penyerapan,
pembagian atau gabungannya. Silika gel GF254 P. mengandung lebih
kurang 13% CaSO4. ½H2O dan lebih kurang 1,5% indikator
flourosein yang mempunyai intensitas maksimum pada 254 nm (5).
Identifikasi
senyawa piperin pada 2 mg serbuk buah lada hitam ditetes asam sulfat P, terjadi
warna
coklat tua. Dengan asam sulfat 10 N, warna kuning, dengan HCl pekat P, berwarna coklat tua dan
menggunakan HCl encer P terjadi warna kuning (1).
coklat tua. Dengan asam sulfat 10 N, warna kuning, dengan HCl pekat P, berwarna coklat tua dan
menggunakan HCl encer P terjadi warna kuning (1).
Fase diam (lapisan penjerap)
ialah silika gel, alumunium oksida, kielsegur, selulosa dan turunannya,
poliamida dll. Dapat dipastikan silika gel paling banyak digunakan. Silika gel
ini menghasilkan perbedaan dalam efek pemisahan yang tergantung kepada cara
pembuatannya sehingga silika gel G merck menurut spesifikasi Stahl, yang
diperkenalkan tahun 1958, telah diterima sebagai bahan standar (6).
Fase gerak ialah medium angkut
dan terdiri atas satu atau beberapa pelarut. Ia bergerak di dalam fase diam,
yaitu suatu lapisan berpori, karena ada gaya kapiler. Yang digunakan hanyalah
pelarut bertingkat mutu analitik dan,bila diperlukan, sistem pelarut
multikomponen ini harus berupa suatu campuran sesederhana mungkin yang terdiri
atas maksimun tiga komponen. Angka banding campuran dinyatakan dalam bagian
volume sedemikian rupa sehingga volume total 100, misalnya,
benzene-kloroform-asam asetat 96% (50:40:10) (6).
Pengembangan ialah proses pemisahan campuran cuplikan
akibat pelarut pengembang merambat naik dalam lapisan. Jarak pengembangan
normal, yaitu jarak antara garis awal dan garis depan, ialah 100 mm. Disamping
pengembangan sederhana, yaitu pengembangan satu kali sepanjang 10 cm ke atas, pengembangan
ganda dapat juga digunakan untuk memperbaiki efek pemisahan-yaitu dua kali.
Lapisan KLT harus dalam keadaan kering diantara kedua pengembangan tersebut,
ini dilakukan dengan membiarkan plat di udara selama 5-10 menit. Pada
pengembangan kandaian, dua pengembang dengan daya elusi yang berlainan
digunakan untuk pengmbangan dengan jarak berbeda, misalnya untuk jarak 5 cm
pada pengembangan pertama digunakan pelarut, dan untuk jarak 10 cm pada
pengembangan kedua digunakan pelarut pengembangan polar yang lebih lemah untuk
memisakhkan aglikon dari berbagai glikosida (6).
Spektrofotometri
UV
Terdapat berbagai kemungkinan
untuk deteksi senyawa berwarna pada kromatogram. Deteksi paling sederhana
adalah jika senyawa menunjukkan penyerapan di daerah UV gelombang pendek
(radiasi utama pada kira-kira 254 nm) atau jika senyawa itu dapat dieksitasi ke
fluoresensi radiasi UV gelombang pendek dan atau gelombang panjang (360 nm) (6).
Deteksi dengan
pereaksi semprot
Penting diingat bahwa pereaksi warna harus mencapai plat KLT dalam bentuk tetesan yang sangat halus sebagai aerosol, dan bukan sebagai semprotan kasar. Biasanya hal ini tidak dapat dicapai bila digunakan dengan udara tekan (saluran udara tekan, kompresor kecil atau botol N2 dengan katup pengecil (6).
Penting diingat bahwa pereaksi warna harus mencapai plat KLT dalam bentuk tetesan yang sangat halus sebagai aerosol, dan bukan sebagai semprotan kasar. Biasanya hal ini tidak dapat dicapai bila digunakan dengan udara tekan (saluran udara tekan, kompresor kecil atau botol N2 dengan katup pengecil (6).
Jenis penyemprot tiga bagian yang mudah digunakan lebih
menguntungkan dan lebih murah, karena itu disarankan untuk digunakan. Kaleng
propelan dan wadah pereaksi kacanya mudah diganti-ganti. Sebuah tabung reaksi
dapat digunakan sebagai pengganti wadah pereaksi kaca tabung ini berisi 10 ml
pereaksi yang dapat digunakan untuk menyemprot langsung dengan cara mencelupkan
pipa dan menekan tombol. Semprotan pertama harus diarahkan ke samping plat KLT
untuk mengecek semburan jet aerosol yang halus. Setelah itu barulah semprotan
diarahkan ke pelat sambil menggerakkannya hati-hati keseluruh lapisan (6).
Lemari semprot
Diperlukan sebuah almari yang
berventilasi baik, terutama untuk penyemprotan yang memakai pereaksi yang
merusak (6).
Pemanasan
Pembentukan warna yang optimum
seringkali memerlukan peningkatan suhu dan waktu yang tertentu. Jika tanur
laboratorium yang bertermostat tidak dipakai semata-mata untuk tujuan khusus
ini, maka harus digunakan pemanas listrik yang ada di pasar. Yang lebih baik
adalah pemanas yang penyebaran suhunya seragam dan dilengkapi thermostat atau
pemanas yang menghasilkan suhu tetap pada 120° C. Selain itu,
pemanas harus mempuntai sisi yang halus untuk menempatkan plat KLT 20x20 (6).
II.
TUJUAN
Untuk mendapatkan senyawa aktif piperin dari fructus
Piperis nigrii melalui rekristalisasi
dan melakukan identifikasi kristal piperin dengan metode kromatografi lapis
tipis.
III. METODE KERJA
3.1 Alat
1. Batang Pengaduk
2. Cawan Porselen
3. Corong
4. Detektor lampu tampak, UV
254 nm dan 366 nm
5. Flakon
6. Glasswool
7. Kompor dengan penangas air
atau heating mantel
8. Perangkat KLT
9. Perangkat penyari soxhlet
(volume ekstraktor 100ml)
10. Rotary evaporator
3.2
Bahan
Serbuk buah piper nigrum
1. Etanol 95%
2. KOH-Etanolik 10%
3. Silika gel GF 254
4. Benzen
5. Etil asetat
6. Anisaldehida-asam sulfat
7. Zat warna LPI
3.3
Cara Kerja
|
↓
|
↓
|
|
↓
|
↓
|
↓
|
2. Isolasi Piperin dengan Metode
Rekristalisasi
|
|
|
|
↓
|
3. Identifikasi Kristal Piperin dengan
Metode KLT
|
|
↓
|
↓
|
↓
|
↓
|
|
↓
|
↓
|
↓
|
↓
|
IV.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil dan Data
Preparasi Sampel
1. Jenis sampel : serbuk buah lada hitam
2. Jumlah sampel (g) : 20
3. Jumlah pelarut untuk ekstraksi : 150 ml
Proses Ekstraksi
1. Waktu ekstraksi :
1,5 jam
2. Jumlah sirkulasi :
7/jam (12/1,5 jam)
3. Waktu evaporasi : 10
menit
4. Jumlah ekstrak (g) ;
1,98
5. Rendemen : 9,9 %
Proses Isolasi
1. Waktu pembentukan
kristal : 24 jam
2. Jumlah kristal (g) :
1,45 g
Proses Identifikasi
1. Warna spot setelah
diidentifikasi :
a. warna visibel : kuning
b. warna setelah disinari UV 254 nm : hijau
c. warna setelah disinari UV 366 nm : ungu
d. warna setelah disemprot anisaldehid-asam sulfat :
kuning kehijauan
2. Gambar hasil KLT
Disinari UV 254 disinari UV 366
3.
Perhitungan
Menghitung
harga Rf
Rf = jarak
tempuh spot / jarak tempuh fase gerak
HRf = Rf X
100
1.
Standar Piperin
Rf = 5,5 cm : 8 cm
= 0,69
HRf = 0,69 cm x 100
= 69
2.
Isolat piperin
Rf = 5,35 cm : 8 cm
= 0,66
HRF = 0,66 cm x
100
= 66
3.
Kristal Piperin
RF = 5,25 cm :
8 cm
= 0,69
HRF = 0,69 cm x
100
= 69
Rendemen
Rendemen
|
=
|
ekstrak
|
X 100 %
|
Jumlah
sampel
|
Rendemen
|
=
|
1,98 gram
|
X 100 %
|
20
gram
|
|||
Rendemen
|
=
|
9.9 %
|
4.2
PEMBAHASAN
Pada praktikum isolasi piperin dari
fructus Piperis nigrii dengan metode
rekristalisasi bertujuan untuk mendapatkan senyawa aktif piperin dari fruktus Piperis nigrii melalui rekristalisasi
dan melakukan identifikasi kristal piperin dengan metode kromatografi lapis
tipis. Pada percobaan kali ini, dilakukan dua proses identifikasi piperin,
yakni ekstrasi dan isolasi. Ekstraksi adalah
suatu metode penarikan senyawa umum yang terkandung dalam suatu bahan dengan
pelarut yang sesuai, misalnya alkaloid dan glikosida. Sedangkan isolasi ialah
suatu metode penarikan satu senyawa khusus yang terkandung dalam suatu
simplisia, misalnya piperin (temasuk alkaloid)
dan citronella oil dalam daun sereh. Ekstraksi yang dilakukan adalah ekstraksi
dengan metode soxhlet. Metode ini merupakan metode ekstraksi yang memanfaatkan
pemanasan untuk destilasi pelarut, sehingga terjadi sirkulasi pelarut melalui
serbuk simplisia. Metode ini efisien dalam pemanfaatan pelarut, tetapi beresiko
pembentukan artefak akibat penggunaan panas. Prinsip dari metode ini adalah
penyarian dengan menggunakan pelarut yang selalu baru yaitu pelarut yang
menguap kemudian menuju ke pendingin sehingga pelarut berubah dari wujud uap menjadi cairan dan
membasahi simplisia sehingga senyawa yang terkandung di dalam simplisia dapat
ikut tertarik keluar. Sedang untuk metode isolasi, pada percobaan menggunakan
metode rekristalisasi (pembentukan kristal). Kristal yang terbentuk ini
merupakan zat aktif piperin.
Tahap
awal yang dilakukan adalah ekstraksi serbuk lada hitam. Metode yang digunakan
adalah metode ekstraksi soxhlet (metode berkesinambungan). Adapun kekurangan
dari metode ini, senyawa harus bersifat termostabil, mahal, dan pelarutnya
harus murni bila ada campuran bisa menggangu kemurniannya. Sedangkan
kelebihannya, penyariannya lebih optimal karena direndam berulang kali, lebih
cepat, pelarut lebih sedikit, dan tidak perlu penyaringan. Pertama-tama serbuk
buah lada hitam ditimbang sebanyak
20 gram, kemudian dimasukkan ke dalam kertas saring yang
sudah dijahit tepinya dan disisakan sedikit
untuk memasukkan simplisia setelah simplisia dimasukkan semua maka bagian yang
belum dijahit diselesaikan dan benang disisakan untuk mempermudah pengambilan
simplisia yang terbungkus dari alat soxhlet. Kemudian
kertas yang telah berisi simplisia tersebut dimasukkan ke dalam alat penyari
Soxhlet dan ditambahkan etanol 96
%
sebanyak 150 ml. Etanol 96 % berfungsi sebagai pelarut karena memiliki kisaran
polaritas yang luas dan etanol juga lebih murni jika dibandingkan dengan etanol
30 % dan 70 %. Selain itu juga karena etanol 96% akan lebih mudah menguap bila
dibandingkan dengan etanol 30% dan 70%. Meskipun etanol toksik, tetapi masih
dapat ditarik kembali. Dimana piperin merupakan golongan senyawa alkaloid yang
umumnya bersifat non polar dan basa.
Proses penyarian yang kami lakukan selama 1 jam 30 menit dengan kecepatan sirkulasi 7 sirkulasi per jam. Seharusnya
sirkulasi sampai
sari berwarna bening, ini menunjukkan bahwa simplisia yang digunakan sudah
terekstrak dengan sempurna. Tetapi dalam percobaan kali ini tidak dilakukan,
karena adanya keterbatasan waktu. Waktu yang lebih lama penyarian, akan membuat
alat Soxhlet lebih panas sehingga lebih cepat penguapan, maka dapat dikatakan
bahwa semakin lama waktu yang dibutuhkan
untuk
sirkulasi semakin cepat.
Setelah
ekstraksi selesai,lalu didinginkan dan setalah dingin barulah
ekstraknya disaring agar senyawa pengotor yang ada di dalam ekstrak hilang. Pendinginan ini
bertujuan untuk menghentikan reaksi. Selanjutnya ekstrak jernih diambil sebanyak 3 ml dan dimasukkan ke dalam flakon
dan dimasukkan ke dalam almari pendingin, sedangkan sisanya
dipekatkan dengan rotary evaporator. Prinsip utama dari evaporator adalah pada
penurunan tekanan sehingga pelarut dapat menguap pada suhu titik didihnya sehingga zat yang terkandung
didalam pelarut tidak rusak oleh suhu yang tinggi. Disini hasilnya tidak begitu
kental karena digunakan etanol 96% yang artinya 4% tersebut adalah air. Apalagi
titik didih etanol di bawah titik didih air yaitu 78.4⁰C, sedangkan air
100⁰C.
Setelah didapat ekstrak yang kental, kemudian ditimbang dan dihitung
rendemennya. Hasil rendemennya adalah 9,9%.
Ekstrak kental ini yang digunakan untuk mengisolasi piperin dengan metode
rekristalisasi. Sedangkan ekstrak
yang disisihkan tadi juga akan digunakan
untuk mengidentifikasi piperin dengan metode KLT. Fungsi
dari KOH-Etanolik 10% adalah untuk mengendapkan resin. Sedangkan pengadukan
untuk membentuk kristal. Setelah mengendap, dipisahkan sari dari bagian yang
tak larut melalui glasswool sederhana.
Glasswool sederhana ini dibuat dari gelas beaker dan corong yang diberi kapas.
Penyaringan dengan glasswool
sederhana ini untuk menyaring pengotornya. Kemudian sari jernih yang di dapat
didiamkan di almari pendingin selama 24 jam sampai memperoleh kristal.
Didiamkan selama 24 jam, karena waktu tersebut merupakan batasan waktu yang
cukup untuk membentuk kristal. Setelah 24 jam terlihat diatas permukaan
terdapat kristal-kristal kecil, yang tidak begitu terlihat.
Tahap kedua ini adalah proses isolasi piperin dengan
metode rekristalisasi. Tujuan dari isolasi adalah untuk memurnikan senyawa
untuk karakteristikpenuh (sampai elusidasi)atau untuk mengambil satu senyawa
khusus yang dikehendai. ekstrak kental yang sudah diperoleh ditambah dengan
KOH-etanolik 10% sebanyak 10 ml dan diaduk hingga terbentuk endapan.
KOH-etanolik 10% digunakan disini berfungsi untuk membantu dalam pembentukan
kristal. Selain itu¸ ada cara lain untuk membentuk kristal dengan cara yang
lebih cepat yaitu dengan ekstrak cair ditambah aseton dan n heksan kemudian
dipanaskan agar pencampurannya lebih sempurna lalu didinginkan dalam air es
agar terbentuk kristal. Setelah endapan terbentuk, lalu sari disaring dengan
glasswool (corong yang diberi kapas) agar sari yang diperoleh bebas dari pengotor.
Sari jernih yang diperoleh kemudian ditampung dengan cawan porselin dan
ditimbang. Selanjutnya, sari jernih tersebut ditutup dengan aluminium foil dan
disimpan di dalam almari pendingin selama 24 jam sampai terbentuk kristal.
Kemudian dari berat sari jernih tersebut, rendemennya dihitung dan diperoleh
rendemen sebesar 9,9%.
Pada percobaan awal didapat rendemen 9,9% dan jumlah ekstrak 1,98 g. pada proses isolasi
digunakan dari ekstrak yang berbeda, ekstrak tersebut dalam pembentukan kristal
dalam waktu 24 jam dan menghasilkan jumlah kristal 1,45 g. Kristal tersebut
dilakukan proses identifikasi senyawa piperin dengan metode kromatografi lapis
tipis (KLT). Prinsip dari KLT adalah “like
dissolve like” yaitu interaksi antara analit dengan fase gerak. Jika
kepolaran analit dengan fase gerak sama, maka harga Rf akan besar, dan juga
sebaliknya.
Tahap terakhir, adalah identifikasi kristal
piperin dengan metode KLT. KLT digunakan untuk uji kualitatif, yang bertujuan
mengetahui ada tidaknya piperin dalam ekstrak yang didapatkan. Sampel yang akan
diidentifikasi adalah kristal dari piperin, ekstrak yang disisihkan tadi, dan
standar piperin. Pertama-tama, chamber
dijenuhkan dengan campuran 3 ml benzen : etil asetat (2 : 1). Penjenuhan
dimaksudkan untuk membuat tekanan di
dalam dan di luar chamber sama, sehingga memudahkan ketika proses elusidasi.
Lalu, cawan porselin kosong ditimbang, cawan
ini nantinya akan digunakan untuk menampung kristal. Cawan porselin dan flakon
yang disimpan minggu lalu di almari pendingin diambil. Lalu. kristal yang telah
terbentuk di dalam cawan diambil dan diletakkan di atas kertas saring dan di
keringkan di dalam oven pada suhu 40°C samapi kering (± 30 menit). Tujuan dari
pengeringan adalah agar kristal.untuk menguapkan pelarut yang masih bersatu
dengan dan gar kristal yang menempel pada kertas saring tadi mudah untuk
diambil, sehingga didapatkan kristal yang murni. Setelah kertas saring
benar-benar kering, kristal yang menempel dikerok dan diletakkan pada cawan
yang sudah ditimbang sebelumnya. Cawan yang berisi kristal tersebut kemudian
ditimbang dan dihitung berat kristalnya.
Kemudian kristal dilarutkan dengan
menggunakan etanol secukupnya hingga benar-benar larut, kemudian ditotolkan
pada plat Silika 60 F₂₅₄ yang sebelumnya sebelah
nya telah ditotoli dengan larutan standar. Dimana larutan standar digunakan
sebagai pembanding atau dapat dikatakan sebagai ukuran kemurnian piperin.
Apabila plat silika yang sudah ditotoli standar dan isolat diamati disinar
tampak menunjukkan jarak tempuh spot (bercak) standar dan isolat sama, maka
senyawa yang terkandung di dalam isolat tersebut dikatakan murni. Larutan yang berada di dalam flakon juga
ditotolkan pada plat silika yang sudah ditotoli larutan standar sebelumnya.
Kemudian kedua plat tersebut dielusidasi di dalam chamber yang telah kami
jenuhkan tadi. Setelah proses elusidasi selesai dilakukan, bercak atau spot
yang terbentuk diamati di bawah sinar tampak, sinar UV 254 dan 366 nm.
Warna yang ditunjukkan ketika di bawah sinar
tampak yaitu kuning, pada UV 254 nm berwarna hijau dan pada UV 366 nm tampak
warna ungu. UV 254 nm digunakan karena pada panjang gelombang tersebut, senyawa
aromatis dapat diamati, sedangkan pada UV 366 nm, banyak senyawa yang nantinya
akan berflurosensi (berpendar). Kemudian plat yang sudah diamati tersebut,
disemprot dengan pereaksi semprot anisaldehid/asam sulfat, anisaldehid/asam
sulfat berfungsi sebagai pengompleks warna, kemudian dipanaskan dengan oven
pada suhu 110° C selama 10 menit dan diamati warna yang terjadi. Pemanasan berfungsi sebagai katalisator, yakni
mempercepat reaksi pengompleks warna dan untuk menguapkan kandungan air yang
masih tersisa, sehingga warna segera dapat dilihat. Warna yang ditunjukkan dari
bercak adalah kuning kehijauan. Identifikasi diatas membuktikan bahwa dalam
fructus piperis nigrii mengandung
senyawa piperin. Apabila proses soxhletasi dilakukan hingga selesai maka
kristal yang akan terbentuk juga banyak. Piperin adalah senyawa aktif dalam
buah lada hitam, berbentuk kristal, memiliki aroma yag khas, dan memilki rasa
pedas.
Hasil yang didapat, Rf standar 0,69 ; Rf isolate
0,69 ; Rf Kristal 0,69. Dari hasil yang diperoleh bila Rf Kristal dibandingkan
dengan Rf standar, menunjukkan hasilnya mendekati atau sama berarti senyawa
pada Kristal tersebut adalah benar piperin, dan diperkuat dengan hasil warna
setelah penyemprotan yang berwarna kuning. Sedangkan Rf isolate hasilnya sama dengan
Rf Kristal dan menunjukkan bahwa senyawa pada isolate benar piperin murni.
V.
KESIMPULAN
Jumlah
kristal yang diperoleh dari proses isolasi piperin adalah 1,45g dan berdasarkan
hasil atau profil KLT menunjukkan bahwa terdapat senyawa piperin yang ditandai
dengan adanya warna kuning kehijauan pada deteksi menggunakan UV 366nm. Warna
yang ditunjukkan dari bercak adalah kuning kehijauan. Identifikasi diatas
membuktikan bahwa dalam fructus piperis
nigrii mengandung senyawa piperin.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim, 1980, Materia
Medika Indonesia, Jilid IV, Departemen
Kesehatan Indonesia,
Jakarta (hal. 99-108)
Septiatin, Eatin, 2008, Apotek
Hidup dari Rempah-Rempah, Tanaman Hias, dan v Tanaman
Liar, CV.YRAMA WIDYA, Bandung (hal.60,61,62)
Sarker, Satyajit D. &
Nahar, Lutfun, 2007, Kimia untuk
Mahasiswa Farmasi: Bahan Kimia Organik,Alam dan Umum, Pustaka Pelajar, Yogyakarta (hal. 409)
Wiryowidagdo, Sumali, 2007, Kimia dan Farmakologi Bahan Alam Edisi 2, Penerbit Buku Kedokteran
EGC, Jakarta (hal. 177-179)
Anonim, 1978, Materia
Medika Indonesia, Jilid II, Departemen
Kesehatan Indonesia,
Jakarta (hal. 135, 143–144)
Stahl, Egon, 1985, Analisis
Obat secara Kromatografi dan Mikroskopi, Penerbit ITB, Bandung
Langganan:
Posting Komentar
(Atom)
0 komentar:
Posting Komentar