Sekapur Sirih

Welcome to my Blog!
Saya Mukti Yulianto, seorang penulis, apoteker dan pecinta alam.

When I'm not working, I'm blogging :-)

Follow Me

Subscribeto blog
Follow me onTwitter
Add myFacebook

Pengikut

Copyright


© 2014 by Mukti Yulianto.

Terimakasih atas kunjungannya. Mohon kritikan dan sarannya. Jika ada yang bermanfaat, silahkan dishare.

Rabu, 12 Desember 2012
DEMI MIMPI SIAPA?????

Umur 19 tahun bukan lah sebuah umur yang remaja lagi. Kini ia telah menghadapi musim SNMPTN. Dalam hiruk pikuk dan semangatnya dalam mencari sebuah kereta masa depan, bintang dilanda kebingungan. Ia ingin masuk ke jurusan Tehnik Sipil di salah satu perguruan tinggi di kotanya. Namun, disisi lain ayahnya ingin dia masuk menjadi seorang dokter. Berjalan ke pantai, ia teriakkan keluh kesahnya kepada dewa laut. Hanya gesekan ombak dan karang lah menjadi sebuah jawaban hening kala itu. Hidup itu bagi nya adalah seongkak kayu yang siap dijadikan bahan pembuatan rumah,dimana harus berdiam dan rela dijadikan pondasi dan dinding rumah. Meski menjadi pondasi dan dinding rumah itu merupakan sebuah hal yang luar biasa karena bisa melindungi penghuni rumah nya kelak.

Berangkatlah ia menuju kelas untuk mengikuti ujian SNMPTN dan seperti perkiraan akhirnya dia lolos masuk menjadi calom mahasiswa kedokteran. Ini menjadi kabar yang sangat menggembirakan bagi keluarganya karena akan ada anggota keluarga yang menjadi seorang dokter suatu saat nanti. Namun, disetiap langit yang cerah pasti ada awan yang mendung. Ya, disaat yang bersamaan, ada yang sedang di kelilingi awan mendung. Tak lain adalah Bintang itu sendiri. Ia pun akhirnya menjadi mahasiswa kedokteran

Selama kuliah itu ia hanya menjadi seorang robot yang menjalain kehidupan nya atas perintah empunya.Kemana arah angin meniup nya, kesitu pula dia akan mencari sebuah arti hidup. Lalu bernafaslah di dalam sempitnya ruang yang gelap tak berventilasi. Lembab dan sesak. Itulah yang dirasakan selama beberapa tahun lamanya.Karena dia memang cerdas, kuliah ia selesaikan dengan cepat nya. Dan akhirnya ia lulus kuliah sebagai mahasiswa predikat caumlaude. Hari itu, adalah hari paling istimewa bagi keluarga dan dirinya karena perayaan wisuda nya yang pertama. Bukan karena dia berhasil mendapat gelar sarjana kedokteran tapi karena karena ia masih mampu bertahan dalam gempitanya rongga di jiwa nya. Di setiap tahun lamanya ia belajar di Fakultas Kedokteran, bahkan ia berhasil menghasilkan berbagai gambar sketsa. Bukan sketsa anatomi fisiologi manusia tapi sketsa berbagai macam dan bentuk rumah modern. Salahsatunya ia buat ke dalam bentuk 3 dimensi yang sungguh menakjubkan.

Gelar dokter dan ijin praktek akhirnya ia dapatkan selama ko-ass di salah satu rumah sakit. Dan pada saat itulah ia merasa kehidupan baru dimulai. Ia mengambil kuliah lagi jurusan tehnik sipil di perguruan tinggi yang ia selami dulu. keluarganya kini tidak melarang apa yang ia tempuh. Meski berprofesi sebagai dokter, ia masih memiliki kesempatan menggapai mimpinya yang terpendam. Selama 4 tahun ini, ia banyak sekali karya-karya yang membuat dosen-dosen nya memlihnya mewakili kampus nya pada salahsatu kompetesi tingkat nasional. Dan sesuai perkiraan dosen nya, ia lolos menjadi juara umum kompetesi karya 3 dimensi bangunan modern tahan gempa tingkat nasional. Berbagai penghargaan atas keahlianya sempat membuat profesi dokternya terbengkalai. Surat teguran pun dilayangkan kehadapannya karena terlalu sering bolos praktek.

Musim kemarau tiba. Musim Wisuda pun datang menyambut para mahasiswa tingkat akhir. Kembali lagi ia menjadi salahsatu mahasiswa lulusan terbaik tingkat jurusan nya. Bahkan ia mendapatkan tawaran beasiswa S 2 di Japan. Tanpa berpikir panjang, tawaran itu ia ambil. Dengan ijin cuti prakter dokternya, ia berangkat ke negeri sakura itu.

Musim Semi mendekati berakhir. sekitar tahun 2007 ia kembali ke indonesia dengan membawa segudang prestasi. Diantaranya adalah ia memperoleh gelar ahli bangunan tahan gempa dan tsunami pertama di indonesia. Beberapa tahun sampai puluhan tahun ia bekerja dan menekuni apa yang ia maksud cita. ketika ia sudah sukses, ia sempat berpikir, "lalu apa yang harus saya lakukan sekarang?" belum sempat ia membahagiakan ayahnya yang telah meninggal. Kini usianya sudah tidak muda lagi bahkan tergolong sangat dewasa di umur yang ke 35 tahun. Ia bahkan belum menikah bukan karena tidak ada yang suka tapi karena cita nya yang menggugurkan hasrat itu. Ia berpikir dan terkadang termenung. Di saat citanya sudah tercapai, kewajibannya yang sesungguhnya belum ia capai. Adalah membahagiakan orangtua dan menikah. Mungkin ia telah berhasil menghadiahkan kado untuk dirinya tapi dia lupa menghadiahkan kado untuk keluarganya. Ia berpikir terkadang realita itu hanya bayangan semu. Tentang sebuah realita dalam mencari cita harus dikonfrontir dengan realita menurut oranglain. Pada ujungnya dia tahu kemana seharusnya ia berlabuh. Di akhir hidup nya hanya penyesalan yang ia dapat. Tapi untuk menutupi penyesalahan itu. Ibunya kini selalu ia nomor satukan dan seorang dokter dan ahli bangunan gempa telah mempunyai sekolah yang khusus untuk anak-anak yang berbakat.

kita berhak punya mimpi dari sebuah keinginan yang lahir dari pribadi yang bisa disebut dengan apa yang namanya "cita". Kadang ketika berseteru bahkan berdebat keras untuk memperjuangkan apa yang kita sebut sebuah "cita", kita menjadi lemah tak berdaya, tak hayalnya seperti bunga mawar yang gagal mekar, tak kiranya seperti pohon yang cebol alias "bonsai". Sebuah impian yang sekali lagi harus terpendam untuk sebukit kebaikan . Bukankah kebaikan itu juga termasuk ibadah. Tapi kenapa harus berkorban pikiran?? kenapa juga harus berkorban raga meski jiwa kita berada di sebuah pulau dongeng. Mungkin dongeng seekor siput yang cerdas mengelabuhi seekor kancil??? atau mungkin dongeng kerajaan timun emas??? Namun, sebuah kisah bukanlah sebuah kebetulan. Semuanya telah tersusun rapi di kitab lauhul mahfuz. Tanpa kita sadari sebenarnya kegagalan adalah bentuk bahwasanya kita bukan lah orang gagal seperti itu. Tapi seharusnya menjadi orang yang sukses hanya saja kita belum mempunyai kepantasan untuk itu. Maka dari itu, mari pantaskan diri untuk menjadi pribadi yang sukses. Mimpi kita tetap bisa terwujud meski harus dengan sabar dan ikhlas. Jika memang semua demi kebaikan. Percayalah, suatu saat kita bisa membuat impian kita atau keinginan kita apa saja di langit Surga


4 komentar:

  1. sepertinya kisah bintang memungkinkan terjadi pada penulis setelah mendapat gelar Sarjana Farmasi.... :)

    BalasHapus
  2. ehemmm,,,, gimana ya??? sepertinya enggak deh hehehe :-)

    BalasHapus
  3. iyaa..., sekarang udah punya pandangan ke depan sendiri yaa... :)

    BalasHapus
  4. iyaa,,, pandangan yang lebih baik insya Alloh :-)

    BalasHapus