Sekapur Sirih

Welcome to my Blog!
Saya Mukti Yulianto, seorang penulis, apoteker dan pecinta alam.

When I'm not working, I'm blogging :-)

Follow Me

Subscribeto blog
Follow me onTwitter
Add myFacebook

Pengikut

Copyright


© 2014 by Mukti Yulianto.

Terimakasih atas kunjungannya. Mohon kritikan dan sarannya. Jika ada yang bermanfaat, silahkan dishare.

Sabtu, 20 Oktober 2012
Suatu waktu ketika ku berjalan di atas tajam nya bebatuan. Ku merasa rumput hijau itu masih jauh. Yang ada hanyalah fatamorgana. Ya, HANYA FATAMORGANA, dimana semua yang indah itu pemandangan PALSU. Seperti tangan yang ingin mengambil udara, seperti mata yang ingin melihat sesuatu dibalik tembok. Terkadang ini seperti ingin mendapatkan sandal sebelah tapi harus antri ribuan orang. Atau mengambil buah sepotong diseberang padang pasir tanpa alas kaki. Masih percayakah kau dengan SABAR??? masih percayakah kau dengan HADIAH??? Aku percaya itu karena aku percaya Tuhan tidak pernah diam. Tuhan selalu mengawasi gerak-gerik kita bahkan apa yang sedang kita rasakan. Betapa pedihnya rasa kita, betapa kerasnya jalan hidup kita. Tuhan tidak pernah tidur, ia selalu tertuju pada kita. Terutama kepada orang yang berusaha dan mampu bersabar melewati semua ujianNya. Jika kita pernah mendengar ayat yg berbunyi, innalloha ma'ashobirin..... sesungguhnya Alloh bersama orang-orang yang bersabar.... Ya itu benar kawan, kesabaran tidak ada batasnya. Dan pahala yang paling besar adalah pahalanya orang BERSABAR. Suatu saat apa yang kau tanam pasti akan kau petik dan tentunya itu membutuhkan kesabaran.

Suatu saat ku bermimpi bertemu dengan seorang kyai. Beliau mirip sekali dengan almarhum kyai pimpinan pondok ku dulu. Lalu berkatalah dia, sing sabar wae nak, ono sing bakal gawe dalanmu lurus lan pulau sukses wes cerak . Sejak itu, aku tidak merasa sendiri lagi. Hanya senyuman yang ku lukiskan disetiap langit kehidupanku. Jalan apapun itu akan ku hadapi dengan senyuman, sabar dan ikhlas. Dan tampaknya semua itu sedikit membuahkan hasil.

Kini ku merasa ada suatu bintang yang membantu memberikan cahaya terangNya.


Semua ini ku anggap sebagai hadiah. Sampai saat ini ku tak lagi mampu berada dibawah bayangan palsu karena cahayaNya selalu menuntunku ke arah yang dituju dengan sebuah perahu yang berlayar. Dan Perahu itu masih berlayar..........

0 komentar: