Sekapur Sirih
Welcome to my Blog!
Saya Mukti Yulianto, seorang penulis, apoteker dan pecinta alam.
When I'm not working, I'm blogging :-)
Archive
-
▼
2012
(81)
-
▼
Agustus
(20)
- Seputar Jabat Tangan
- Cara buat link download pada blog
- Isolasi Flavonoid dariI Kulit Buah MAHKOTA DEWA
- ISOLASI PIPERIN DARI FRUCTUS
- Sarah McLachlan (HQ) - Angel (Lyrics)
- 4 Olah Raga Mengecilkan Perut Yang Paling Ampuh
- Manfaat Puasa Syawal Bagi Kesehatan
- Bangun Tidur Terasa Pusing, Mungkin Ini Penyebabnya
- Cara Mengganti Bentuk Kursor di Blog lebih Menarik
- "Subhanallaah, NASA Membenarkan Matahari Akan Terb...
- Cara Membuat Burung Twitter Terbang di Blog
- Cara Membuat Chat box Versi Terbaru 2012
- Cara Memasang Musik Auto Play Pada Kiri Blog Sesuk...
- Senja Di Ufuk Barat Ramadhan
- Sebatas Bintang Di Surga (Part II)
- Sebatas Bintang di Surga
- Kekuatan Pikiran
- Kebahagiaan Yang Menular
- SEBUAH KISAH IRONIS DI IRLANDIA UTARA
- Pengertian Ta'aruf dalam agama islam
-
▼
Agustus
(20)
Categories
Pengikut
Copyright
© 2014 by Mukti Yulianto.
Terimakasih atas kunjungannya. Mohon kritikan dan sarannya. Jika ada yang bermanfaat, silahkan dishare.
Rabu, 15 Agustus 2012
Yang lama ku pendam sendiri
(kembali ke masa kecil)
Di sebuah rumah bercat dinding
biru awan dan dihiaskan bunga-bunga indah nan wangi yang bertebaran di taman.
Bintang sedang bermain kelereng. Beranjak lah segera dari permainannya dan
ditatapinya rumah bagian depannya. Ada sesuatu yang mengganjal dalam pikirannya
tentang apa yang baru saja ia lihat.
Rumahnya tampak seperti rumah yang tak berpenghuni. Hanya sedikit cahaya
matahari yang masuk ke dalam rumahnya lewat jendela dan ventilasi yang sempit
di Minggu pagi itu. Ia tersadar untuk apa sebuah rumah berdiri jika rumah tu
tak pernah sebagai rumah bagi hati dan jiwanya. Kosong seperti awan di langit.
Bahkan langit yang kosong itu masih mempunyai awan. Dalam hatinya berkata, kenapa
ayah jarang pulang??? Kenapa ayah hanya sebagai tamu di rumah ayah sendiri???.
Itulah jeritan anak yang sebetulnya merindukan sang ayah meski Bintang merasa
seperti tak ada kehadiran Ayah dalam rumah itu. Bagi ayahnya uang yang paling
utama. Hanya dengan semuanya bahagia tanpa kehadirannya. Padahal yang
dibutuhkan seorang anak pada umumnya adalah kasih sayang orangtua. Uang bukan
segala-segalanya meski segala-galanya memang membutuhkan uang. Terkadang tampak
seperti kertas usang dan bekas pada raut wajah Bintang.
Suatu ketika, ia sedang membeli
bakso di warung yang tak jauh dari kampungnya.
Bintang : “Mas, beli baksonya
dong satu”
Penjual Bakso : “Kosongan atau
pake mie”
Bintang: “kosongan aja deh mas”
Penjual Bakso: “maaf mas kalau
kosongan, ini yg jatahnya mas saya kasihkan ke anak itu ya?”
Bintang:”Iya mas” (Dengan
ekspresi keheranan)
Anak itu : “makasih ya mas, ini
buat saya jual lagi dan sisanya saya kasihkan ke ayah saya nanti dirumah”
Bintang:”memang,ayah kamu gak kerja
dek”
Anak itu: “Ayah sudah lama struk
mas, dulu ayah saya yang punya warung bakso ini tapi dijual buat ngobatin saya
dulu. Maaf mas saya pergi dulu mau sekolah”
Penjual Bakso:”Ya,begitu mas. Saya
sendiri cukup prihatin tapi salut buat perjuangan anak itu buat ayahnya meski
ayahnya dulu gak pernah baik sama anak. Saya tahu karena saya dulu karyawannya.”
Bintang: “Oh gitu mas.”(termenung)
Penjual Bakso:” ini mas baksonya”
Bintang:” makasih mas”
Bergegaslah Bintang untuk pulang
ke rumah. Waktu di jalan, pikirannya masih tertuju pada anak kecil tadi. Anak yang
tak pernah menuntut apapun padahal ia masih kecil tapi rela bekerja keras untuk
ayahnya.
Sesampainya di rumah, ia bertemu
dengan ibunya lalu bakso itu disantaplah bersama ibu dan kakak-kakaknya.
Bintang sempat bercerita tentang anak kecil yang ditemuinya waktu membeli
bakso. Akhirnya cerita itu berlanjut dengan cerita masa kecil sang ayah.
Ibu:” ibu mau ceritakan masa
kecil ayahmu ya”
Bintang:”iya bu”
“Kehidupan ayahmu itu tak
seberuntung kamu. ketika lahir, ia sudah ditinggalkan ibunya tak lama setelah
melahirkan. Baru berumur 4 tahun, kakek sudah menikah lagi. Jadi waktu itu yang
mengasuh ayahmu adalah ibu tirinya. Baru SD saja ayahmu sudah harus bekerja
dengan membawa kayu-kayu yang diambil dari hutan ke penjuanl kayu sebelum
berangkat sekolah. Di jaman ini jarang ditemukan atau bahkan sudah tidak ada
anak SD yang berjualan kayu yang dibawa di punggungnya. Itu pun dilakukan waktu
mau berangkat sekolah dan uang hasil jualan digunakan untuk bayar sekolah bukan
buat jajan seperti anak-anak sekarang. Sampai SMA kehidupan ayahmu seperti itu
tak ada yang berubah. Hingga paad saatnya ayahmu berpikir keras bahwa jika
usahanya seperti ini maka keturunannya nanti juga sama seperti dia. Maka setelah
tamat SMA, ia merantau ke Jakarta dengan modal nekat saja. Berbulan-bulan ia
hanya menjadi kuli bangunan. Dari kuli bangunan, dia merubah hidupnya dengan
berjualan sayur-sayuran segara yang dibelinya dari juragan dengan membawa mobil
pick up. Suatu hari ia, berpikir lagi untuk apa ijazah STM nya jika ia hanya
bisa bekerja seperti ini. Diambil lah langkahnya untuk merantau ke Manado. Di Manado
ia mulai mendapat proyek kecil-kecilan sekedar membuat toilet umum. Nah, dari
sinilah ayahmu mulai naik. Ia mulai mendapat tawaran membuat rumah lalu gedung
sekolah dan sempat membuat jalan tol. Ayahmu juga sempat mempunyai perusahaan
di Jakarta meski sekarang sudah lenyap seperti debu.”
BIntang pun tertegun dengan apa
yang baru saja diceritakan ibunya. Ia jadi sedikit mengerti kenapa ayahnya
seperti ini sekarang. Tapi ia hanya bisa diam. Tapi ia masih berpikir kenapa sampai begitu yang diperlakukan ayahnya kepada anaknya???
Sama seperti hari-hari
sebelumnya, bintang menggambar sketsa bentuk rumah. Ini adalah tugas yang
diberikan gurunya di SMP. Di dalam sketsa itu ia melukiskan rumah yang tampak
indah nan asri, disekelilingnya ada taman dan kolam ikan. Dinding tembok bagian
luar diberikannya ornament-ornamen seolah berada disuatu pegunungan dengan air
terjun Niagara yang bersuara gemercik. Dan waktu itu pula ia bertekad suatu
hari ia pasti bisa jadi seorang kontraktor bangunan. Semua impiannaya ia tulis
di dalam kitab berwarna cokelat bergambarkan kepala kancil. Mungkin orang akan
berkata bahwa itu adalah buku dongeng si kancil. Memang betul itu buku dongeng
yang disulapnya sebagai buku diary nya agar tak seorangpun tahu kecuali
Tuhannya. Bintang pernah mempunyai prestasi sewaktu SMP yaitu juara 1 lomba
keagamaan tingkat kecamatan dan tingkat kabupaten. Tapi anehnya ia hanya
mendapatkan hadiah bingkisan cokelat tipis berisikan 3 buah buku. Juara 1
sekabupaten kog hadiahnya Cuma 3 buku??? Ya itulah sebuah realita bukan
halusinasi nyata???
Sampai SMA, bintang tetap rajin
belajar seperti biasanya dan tetap menjadi seorang yang pendiam dan tak banyak
bicara. Bintang ini dari kecil sampai SMA belum pernah mengobrol sama makhluk
yang konon katanya keturunan Hawa. Hahahaha…… bahkan mungkin kehidupan nya
makhluk ini adalah alien yang asing dan menakutkan. Pernah suatu hari ada
temen-temen ceweknya datang ke rumahnya hanya untuk menumpang membuat kado
untuk teman mereka yang berultah. Tapi, temen-temennya ini hanya
ditinggalkannya di ruang tamu. Bintang seperti orang kebingungan atas kehadiran
alien-alien ini. Gara-gara itu, temen-temen nya pun segera pergi dari rumahnya.
Bintang ini sebetulnya bukan takut kalau ngobrol dengan mereka. Tapi jika ia
ada teman cowonya, Bintang berani namun jika sendirian saja ia tak bisa
berkutik. Kebiasaan ini terus berlangsung sampai tamat SMA. Sekali lagi Bintang
hanya menjadi sesosok yang paling senang dengan yang namanya “memendam”. Buku diary bercover buku dongeng adalah teman sejatinya
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------
......kita berhak punya mimpi dari sebuah keinginan yang
lahir dari pribadi yang bisa disebut dengan apa yang namanya "cita".
Kadang ketika bersiteru bahkan berdebat keras untuk memperjuangkan apa yang
kita sebut sebuah "cita", kita menjadi lemah tak berdaya, tak
hayalnya seperti bunga mawar yang gagal mekar, tak kiranya seperti pohon yang
cebol alias "bonsai". Sebuah impian yang sekali lagi harus terpendam
untuk sebukit kebaikan . Bukankah kebaikan itu juga termasuk ibadah. Tapi kenapa
harus berkorban pikiran?? kenapa juga harus berkorban raga meski jiwa kita
berada di sebuah pulau dongeng. Mungkin dongeng seekor siput yang cerdas
mengelabuhi seekor kancil??? atau mungkin dongeng kerajaan timun emas???-----
Kisah di atas masih berlanjut :)
Langganan:
Posting Komentar
(Atom)
0 komentar:
Posting Komentar