Sekapur Sirih
Welcome to my Blog!
Saya Mukti Yulianto, seorang penulis, apoteker dan pecinta alam.
When I'm not working, I'm blogging :-)
Categories
Pengikut
Copyright
© 2014 by Mukti Yulianto.
Terimakasih atas kunjungannya. Mohon kritikan dan sarannya. Jika ada yang bermanfaat, silahkan dishare.
Kamis, 20 Juni 2013
Sungguh
berbeda Allah Subhanahu Wa Ta'ala dengan
makhluk-Nya. Dia Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Lihatlah manusia, ketika ada
orang meminta sesuatu darinya ia merasa kesal dan berat hati. Sedangkan AllahTa'ala mencintai
hamba yang meminta kepada-Nya. Sebagaimana perkataan seorang penyair: “Allah murka pada orang yang enggan meminta
kepada-Nya, sedangkan manusia ketika diminta ia marah”
Ya, Allah mencintai hamba yang berdoa kepada-Nya, bahkan
karena cinta-Nya Allah memberi 'bonus' berupa ampunan dosa kepada hamba-Nya
yang berdoa. Allah Ta'ala berfirman
dalam sebuah hadits qudsi: “Wahai manusia, selagi engkau berdoa dan berharap kepada-Ku, aku
mengampuni dosamu dan tidak aku pedulikan lagi dosamu” (HR. At
Tirmidzi, ia berkata: 'Hadits hasan shahih')
Sungguh
Allah memahami keadaan manusia yang lemah dan senantiasa membutuhkan akan
Rahmat-Nya. Manusia tidak pernah lepas dari keinginan, yang baik maupun yang
buruk. Bahkan jika seseorang menuliskan segala keinginannya dikertas, entah
berapa lembar akan terpakai.
Maka kita tidak perlu heran jika Allah Ta'ala melaknat orang
yang enggan berdoa kepada-Nya. Orang yang demikian oleh Allah 'Azza Wa Jalla disebut
sebagai hamba yang sombong dan diancam dengan neraka Jahannam. AllahTa'ala berfirman:
“Berdoalah kepadaKu, Aku akan kabulkan doa
kalian. Sungguh orang-orang yang menyombongkan diri karena enggan beribadah
kepada-Ku, akan dimasukkan ke dalam neraka Jahannam dalam keadaan hina dina”
(QS. Ghafir: 60)
Ayat ini
juga menunjukkan bahwa Allah Maha Pemurah terhadap hamba-Nya, karena hamba-Nya
diperintahkan berdoa secara langsung kepada Allah tanpa melalui perantara dan
dijamin akan dikabulkan. Sungguh Engkau Maha Pemurah Ya Rabb...
Di antara usaha yang bisa kita upayakan agar doa kita
dikabulkan oleh Allah Ta'ala adalah
dengan memanfaatkan waktu-waktu tertentu yang dijanjikan oleh Allah bahwa doa
ketika waktu-waktu tersebut dikabulkan. Diantara waktu-waktu tersebut
adalah:
1. Ketika sahur atau sepertiga
malam terakhir
Sepertiga malam yang paling akhir adalah waktu yang penuh
berkah, sebab pada saat itu Rabb kita Subhanahu Wa Ta'ala turun ke langit dunia dan mengabulkan
setiap doa hamba-Nya yang berdoa ketika itu. RasulullahShallallahu'alaihi Wasallam: “Rabb kita turun ke langit dunia pada sepertiga malam yang akhir
pada setiap malamnya. Kemudian berfirman: 'Orang yang berdoa kepada-Ku akan Ku
kabulkan, orang yang meminta sesuatu kepada-Ku akan Kuberikan, orang yang
meminta ampunan dari-Ku akan Kuampuni'” (HR. Bukhari no.1145,
Muslim no. 758)
2. Ketika berbuka puasa
Waktu berbuka puasa pun merupakan waktu yang penuh
keberkahan, karena diwaktu ini manusia merasakan salah satu kebahagiaan ibadah
puasa, yaitu diperbolehkannya makan dan minum setelah seharian menahannya,
sebagaimana hadits: “Orang yang berpuasa memiliki 2
kebahagiaan: kebahagiaan ketika berbuka puasa dan kebahagiaan ketika bertemu
dengan Rabb-Nya kelak” (HR. Muslim, no.1151)
Keberkahan lain di waktu berbuka puasa adalah dikabulkannya
doa orang yang telah berpuasa, sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam: “Ada tiga doa yang tidak tertolak. Doanya orang
yang berpuasa ketika berbuka, doanya pemimpin yang adil dan doanya orang yang
terzhalimi” (HR. Tirmidzi no.2528, dishahihkan Al Albani di Shahih At Tirmidzi)
3. Ketika malam lailatul qadar
Malam lailatul qadar adalah malam diturunkannya Al Qur'an.
Malam ini lebih utama dari 1000 bulan. Sebagaimana firmanAllah Ta'ala: “Malam Lailatul Qadr lebih baik dari 1000 bulan” (QS.
Al Qadr: 3)
Pada malam ini dianjurkan memperbanyak ibadah termasuk
memperbanyak doa. Sebagaimana yang diceritakan oleh Ummul Mu'minin Aisyah Radhiallahu'anha: “Aku bertanya kepada Rasulullah:
Wahai Rasulullah, menurutmu apa yang sebaiknya aku ucapkan jika aku menemukan
malam Lailatul Qadar? Beliau bersabda: Berdoalah:Allahumma Innaka 'Afuwwun, Tuhibbul 'Afwa Fa'fu 'Anni ('Ya Allah, sesungguhnya engkau Maha Pengampun
dan menyukai sifat pemaaf, maka ampunilah aku')”(HR. Tirmidzi,
3513, ia berkata: “Hasan Shahih”)
Pada hadits ini Ummul Mu'minin 'Aisyah Radhiallahu'anha meminta
diajarkan ucapan yang sebaiknya diamalkan ketika malam Lailatul Qadar. Namun
ternyata Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam mengajarkan lafadz doa. Ini
menunjukkan bahwa pada malam Lailatul Qadar dianjurkan memperbanyak doa,
terutama dengan lafadz yang diajarkan tersebut.
4. Ketika adzan berkumandang
Selain dianjurkan untuk menjawab adzan dengan lafazh yang
sama, saat adzan dikumandangkan pun termasuk waktu yang mustajab untuk berdoa. Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam bersabda:
“Doa tidak tertolak pada dua waktu, atau
minimal kecil kemungkinan tertolaknya. Yaitu ketika adzan berkumandang dan saat
perang berkecamuk, ketika kedua kubu saling menyerang” (HR. Abu
Daud, 2540, Ibnu Hajar Al Asqalani dalam Nata-ijul Afkar, 1/369, berkata:
“Hasan Shahih”)
5. Di antara adzan dan iqamah
Waktu jeda antara adzan dan iqamah adalah juga merupakan
waktu yang dianjurkan untuk berdoa, berdasarkan sabda Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam: “Doa di antara adzan dan iqamah tidak tertolak” (HR.
Tirmidzi, 212, ia berkata: “Hasan Shahih”)
Dengan demikian jelaslah bahwa amalan yang dianjurkan antara
adzan dan iqamah adalah berdoa, bukanshalawatan, atau membaca murattal dengan suara keras, misalnya dengan
menggunakan mikrofon. Selain tidak pernah dicontohkan oleh Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam, amalan-amalan
tersebut dapat mengganggu orang yang berdzikir atau sedang shalat sunnah.
Padahal Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam bersabda:
“Ketahuilah, kalian semua sedang bermunajat
kepada Allah, maka janganlah saling mengganggu satu sama lain. Janganlah kalian
mengeraskan suara dalam membaca Al Qur'an,’ atau beliau berkata, ‘Dalam
shalat’,” (HR. Abu Daud no.1332, dishahihkan oleh Ibnu Hajar Al
Asqalani di Nata-ijul Afkar, 2/16).
6. Ketika sedang sujud dalam
shalat
Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam bersabda:
“Seorang hamba berada paling dekat dengan
Rabb-nya ialah ketika ia sedang bersujud. Maka perbanyaklah berdoa ketika itu”
(HR. Muslim, no.482)
7. Ketika sebelum salam pada
shalat wajib
Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam bersabda: “Ada yang bertanya: Wahai Rasulullah, kapan doa kita didengar oleh
Allah? Beliau bersabda: “Diakhir malam dan diakhir shalat wajib”
(HR. Tirmidzi, 3499)
Ibnu Qayyim Al Jauziyyah dalam Zaadul Ma'ad (1/305) menjelaskan bahwa yang dimaksud 'akhir
shalat wajib' adalah sebelum salam. Dan tidak terdapat riwayat bahwa Nabi Shallallahu'alaihi Wasallam dan para sahabat merutinkan berdoa
meminta sesuatu setelah salam pada shalat wajib. Ahli fiqih masa kini, Syaikh
Ibnu UtsaiminRahimahullah berkata: “Apakah berdoa setelah shalat
itu disyariatkan atau tidak? Jawabannya: tidak disyariatkan. Karena
Allah Ta'ala berfirman:
“Jika engkau selesai shalat, berdzikirlah”
(QS. An Nisa: 103). Allah berfirman 'berdzikirlah', bukan 'berdoalah'. Maka
setelah shalat bukanlah waktu untuk berdoa, melainkan sebelum salam” (Fatawa Ibnu Utsaimin, 15/216).
Namun sungguh disayangkan kebanyakan kaum muslimin merutinkan
berdoa meminta sesuatu setelah salam pada shalat wajib yang sebenarnya tidak
disyariatkan, kemudian justru meninggalkan waktu-waktu mustajab yang disyariatkan yaitu
diantara adzan dan iqamah, ketika adzan, ketika sujud dan sebelum salam.
8. Di hari Jum'at
Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam bersabda: “Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam menyebutkan tentang
hari Jumat kemudian beliau bersabda: 'Di dalamnya terdapat waktu. Jika
seorang muslim berdoa ketika itu, pasti diberikan apa yang ia minta'. Lalu
beliau mengisyaratkan dengan tangannya tentang sebentarnya waktu tersebut”
(HR. Bukhari 935, Muslim 852 dari sahabat Abu Hurairah Radhiallahu'anhu)
Ibnu Hajar Al Asqalani dalam Fathul Baari ketika
menjelaskan hadits ini beliau menyebutkan 42 pendapat ulama tentang waktu yang
dimaksud. Namun secara umum terdapat 4 pendapat yang kuat. Pendapat pertama, yaitu waktu sejak imam naik
mimbar sampai selesai shalat Jum'at, berdasarkan hadits: “Waktu tersebut adalah ketika imam naik mimbar sampai shalat Jum'at
selesai” (HR. Muslim, 853 dari sahabat Abu Musa Al Asy'ari Radhiallahu'anhu).
Pendapat kedua,
yaitu setelah ashar sampai terbenamnya matahari. Berdasarkan hadits: “Dalam 12 jam hari Jum'at ada satu waktu, jika
seorang muslim meminta sesuatu kepada Allah Azza Wa Jalla pasti akan
dikabulkan. Carilah waktu itu di waktu setelah ashar” (HR. Abu
Daud, no.1048 dari sahabat Jabir bin Abdillah Radhiallahu'anhu. Dishahihkan Al
Albani di Shahih Abi Daud).
Pendapat ketiga,
yaitu setelah ashar, namun diakhir-akhir hari Jum'at. Pendapat ini didasari
oleh riwayat dari Abi Salamah.
Pendapat keempat,
yang dikuatkan oleh Ibnu Hajar sendiri, yaitu menggabungkan semua pendapat yang
ada. Ibnu 'Abdil Barr berkata: “Dianjurkan untuk bersungguh-sungguh dalam
berdoa pada dua waktu yang disebutkan”. Dengan demikian seseorang akan lebih
memperbanyak doanya di hari Jum'at tidak pada beberapa waktu tertentu saja.
Pendapat ini dipilih oleh Imam Ahmad bin Hambal, Ibnu 'Abdil Barr.
9. Ketika turun hujan
Hujan adalah nikmat Allah Ta'ala. Oleh karena itu tidak
boleh mencelanya. Sebagian orang merasa jengkel dengan turunnya hujan, padahal
yang menurunkan hujan tidak lain adalah Allah Ta'ala. Oleh karena itu, daripada
tenggelam dalam rasa jengkel lebih baik memanfaatkan waktu hujan untuk berdoa
memohon apa yang diinginkan kepada Allah Ta'ala: “Doa tidak tertolak pada 2 waktu, yaitu ketika adzan berkumandang
dan ketika hujan turun” (HR Al Hakim, 2534, dishahihkan Al Albani
di Shahih Al Jami', 3078)
10. Hari Rabu antara Dzuhur dan
Ashar
Sunnah ini belum diketahui oleh kebanyakan kaum muslimin,
yaitu dikabulkannya doa diantara shalat Zhuhur dan Ashar dihari Rabu. Ini
diceritakan oleh Jabir bin Abdillah Radhiallahu'anhu: “Nabi shalallahu ‘alaihi wasalam berdoa di Masjid Al Fath 3 kali, yaitu hari Senin, Selasa dan
Rabu. Pada hari Rabu lah doanya dikabulkan, yaitu diantara dua shalat. Ini
diketahui dari kegembiraan di wajah beliau. Berkata Jabir : 'Tidaklah suatu
perkara penting yang berat pada saya kecuali saya memilih waktu ini untuk
berdoa,dan saya mendapati dikabulkannya doa saya'”
Dalam riwayat lain: “Pada hari Rabu lah doanya dikabulkan, yaitu diantara shalat Zhuhur
dan Ashar”
(HR. Ahmad, no. 14603, Al Haitsami dalam Majma Az Zawaid, 4/15, berkata: “Semua perawinya tsiqah”, juga dishahihkan Al Albani di Shahih At Targhib, 1185)
11. Ketika Hari Arafah
Hari Arafah adalah hari ketika para jama'ah haji melakukan
wukuf di Arafah, yaitu tanggal 9 Dzulhijjah. Pada hari tersebut dianjurkan
memperbanyak doa, baik bagi jama'ah haji maupun bagi seluruh kaum muslimin yang
tidak sedang menunaikan ibadah haji. Sebab Rasulullah Shallallahu'alaihi
Wasallam bersabda: “Doa yang terbaik adalah doa
ketika hari Arafah” (HR. At Tirmidzi, 3585. Di shahihkan Al Albani
dalam Shahih At Tirmidzi)
12. Ketika Perang Berkecamuk
Salah satu keutamaan pergi ke medan perang dalam rangka
berjihad di jalan Allah adalah doa dari orang yang berperang di jalan Allah
ketika perang sedang berkecamuk, diijabah oleh Allah Ta'ala. Dalilnya adalah
hadits yang sudah disebutkan di atas: “Doa tidak tertolak pada dua waktu, atau minimal kecil kemungkinan
tertolaknya. Yaitu ketika adzan berkumandang dan saat perang berkecamuk, ketika
kedua kubu saling menyerang” (HR. Abu Daud, 2540, Ibnu Hajar Al
Asqalani dalam Nata-ijul Afkar, 1/369, berkata:
“Hasan Shahih”)
13. Ketika Meminum Air Zam-zam
Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam bersabda: “Khasiat Air Zam-zam itu sesuai niat peminumnya” (HR.
Ibnu Majah, 2/1018. Dishahihkan Al Albani dalam Shahih Ibni Majah, 2502)
Langganan:
Posting Komentar
(Atom)
0 komentar:
Posting Komentar