Sekapur Sirih
Welcome to my Blog!
Saya Mukti Yulianto, seorang penulis, apoteker dan pecinta alam.
When I'm not working, I'm blogging :-)
Categories
Pengikut
Copyright
© 2014 by Mukti Yulianto.
Terimakasih atas kunjungannya. Mohon kritikan dan sarannya. Jika ada yang bermanfaat, silahkan dishare.
Senin, 28 Mei 2012
Mengingat dan
mengenang masa lalu, kemudian bersedih atas
nestapa dan kegagalan di dalamnya merupakan tindakan bodoh dan gila.
Itu, sama artinya dengan membunuh semangat, memupuskan tekad dam mengubur masa
depan yang belum terjadi.
Bagi orang
yang berpikir, berkas-berkas masa lalu akan dilipat dan tak pernah dilihat
kembali. Cukup ditutup rapat, lalu disimpan dalam ‘ruang’ penglupaan, diikat
dengan tali yang kuat dalam ‘penjara’ pengacuhan selamanya. Atau, diletakkan di
dalam ruang gelap yang tak tertembus cahaya. Yang demikian, karena masa lalu
telahgberlalu dan habis. Kesedihan tak akan mampu mengembalikannya lagi,
keresahan tak akan sanggup memperbaikinya kembali, kegundahan tidak akan mampu
merubahnya menjadi terang, dan kegalauan tidak akan dapat menghidupkannya
kembali, karena ia memang sudah tidak ada.
Jangan pernah
hidup dalam mimpi buruk masa lalu, atau di bawah payung gelap masa silam.
Selamatkan dirimu dari bayangan masa lalu! Apakah kau ingin mengembalikan air
sungai ke hulu, matahari ke tempatnya terbit, seorok bayi ke perut ibunya, air
susu ke payudara sang ibu, dan air mata ke dalam kelopak mata? Ingatlah,
keterikatanmu dengan masa lalu, keresahanmu atas apa yang telah terjadi
padanya, keterbakaran emosi jiwamu oleh panasnya api, dan kedekatan jiwamu pada
pintunya, adalah kondisi yang sangat naïf, ironis, memprihatinkan, dan
sekaligus menakutkan.
Membaca
kembali lembaran masa lalu hanya akan memupuskan masa depan, mengendurkan
semangat, dan menyia-nyiakan waktu yang sangat berharga. Dalam Al-Qur’an,
setiap kali usai menerangkan kondisi suatu kaum dan apa saja yang telah mereka
lakukan, Allah selalu mengatakan, “Itu
adalah umat yang lalu”. Begitulah, ketika suatu perkara habis, maka selesai
pula urusannya. Dan tak ada gunanya mengurai kembali bangkai zaman dan memutar
kembali roda sejarah.
Orang yang
berusaha kembali ke masa lalu, adalah tak ubahnya orangnya yang menumbuk
tepung, atau orang yang menggergaji serbuk kayu.
“Aku benci
khayalan,” jawab keledai.
Adalah bencana
besar, manakala kita rela mengabaikan masa depan dan justru hanya disibukkan
oleh masa lalu. Itu, sama halnya dengan kita mengabaikan istana-istana yang
indah dengan sibuk meratapi puing yang telah lapuk. Padahal, betapapun seluruh
manusia dan jin bersatu untuk mengembalikan semua hal yang telah berlalu,
niscaya mereka tidak akan pernah mampu. Sebab, yang demikian itu sudah mustahil
pada asalnya.
Orang yang berpikiran jernih tidak akan
pernah melihat dan sedikitpun menoleh ke belakang, pasalnya, angin akan selalu
berhembus ke depan, air akan mengalir ke depan, setiap kafilah akan berjalan ke
depan, dan segala sesuatu bergerak maju ke depan. Maka itu, janganlah pernah
melawan sunah kehidupan!
Langganan:
Posting Komentar
(Atom)
0 komentar:
Posting Komentar