Sekapur Sirih

Welcome to my Blog!
Saya Mukti Yulianto, seorang penulis, apoteker dan pecinta alam.

When I'm not working, I'm blogging :-)

Follow Me

Subscribeto blog
Follow me onTwitter
Add myFacebook

Archive

Pengikut

Copyright


© 2014 by Mukti Yulianto.

Terimakasih atas kunjungannya. Mohon kritikan dan sarannya. Jika ada yang bermanfaat, silahkan dishare.

Rabu, 12 September 2012
 Saudaraku..
Utsman bin Affan ra pernah bertutur:
“Aku enggan jikalau siang dan malam hari datang menyapaku, terkecuali saat itu aku sedang melihat (membaca) kalamullah, yakni; al Qur’an.”
(Mawa’izh as shahabah, Shalih Ahmad al Syami).
Saudaraku..
Itulah ucapan hati menantu Rasulullah saw. Sahabat yang dikenal pemalu sehingga para malaikat dan Nabi-pun malu terhadapnya.
Demikian pula ia masyhur dengan kedermawanannya dan kedekatannya dengan kitabullah; al Qur’an.Dan masih basah dalam ingatan kita, bagaimana keadaannya ketika ia menghadap Allah swt, kala ia terbunuh pada hari fitnah di tangan para pengacau Negara dan agama. Saat itu ia sedang membaca kalamullah. Itulah sahabat yang mampu mengkhatamkan al Qur’an dalam shalat malam.
Itulah sahabat Nabi saw yang pernah menasihati kita:
“Jika hati kalian bersih suci (dari dosa dan maksiat), maka ia tak pernah puas dengan kalamullah.”
Saudaraku..
Dari nasihat sahabat yang bergelar Dzun Nurain (pemilik dua cahaya) karena ia menikahi dua pueri Nabi saw; Ruqayyah dan Ummu Kultsum. Kita menangkap ada semacam parameter untuk mengetahui apakah hati kita hidup, bersih suci atau sebaliknya; sakit, kotor, hitam dan berdebu.
Hati yang putih, suci dan bersih serta hidup tak pernah merasa puas dan tak akan pernah bosan berinteraksi dengan kalamullah, al Qur’an. Bahkan cahaya al Qur’an memantul ke dalam hati tersebut. Maka pemiliknya akan menerangi orang-orang di sekitarnya dengan cahaya al Qur’an.
Ucapan, sikap, perilaku, tindak tanduknya, sepak terjang dan kepribadiannya menggambarkan kepribadian al Qur’an.
Sebaliknya, orang yang merasa terganggu dengan bacaan al Qur’an. Tidak menyukai ahlul Qur’an. Malas untuk mentadabburinya. Hambar saat membacanya. Merasa nyaman jika berjauhan dengannya. Ketahuilah, bahwa pada saat itu hati kita telah sakit, kotor, berdebu, hitam dan bahkan telah mati.
Saudaraku..
Mari kita mengenali hati kita. Model hati macam apakah hati yang kita miliki? Bersih suci dan bercahaya? Ataukah hati yang kotor, berdebu, sakit dan bahkan mati? Mari kita mengamatinya saat ia berdekatan dan berinteraksi dengan kitabullah.
Ya Rabbil Izzati, anugerahkanlah kepada kami hati yang hidup, bersih, suci dan bercahaya. Yang senantiasa rindu dengan kalam-Mu. Khusyu’ saat berinteraksi dengan kitab suci-Mu. Dan tak pernah puas menikmati alunan ayat-ayat suci-Mu. Aamiin.

Riyadh, 02 September 2012 M

Sumber:Status Ustadz Abu Ja’far
(http://www.facebook.com/profile.php?id=100000992948094)

0 komentar: